Senin, 23 Februari 2009

Berguru Kepad Alloh

Kalimat "berguru kepada Allah" terasa asing di telinga kebanyakan orang. namun
saya terdorong untuk menggunakannya sebagai topik bahasan yang ingin saya
paparkan. Saya melihat dari sisi yang lain dari setiap pengajaran suatu ilmu yang
disampaikan oleh para guru maupun para pakar. Mereka adalah orang-orang yang
mendapatkan ilmu dari membaca buku yang tersusun dari huruf-huruf maupun
membaca dari setiap kejadian-kejadian unik dari fenomena alam semesta ini.
Apabila kita perhatikan surat Al 'Alaq ayat 1-5, Allah menjelaskan apa yang
dimaksud dengan kata "membaca" :
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah , Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (QS 96:1-5)
Ayat di atas jelas sekali bagaimana Allah mengajarkan membaca dengan melihat
suatu kejadian penciptaan "manusia" mulai dari bentuk mudhgah (segumpal darah)
hingga menjadi bentuk manusia yang sempurna. Kalau kita runtun serangkaian
kejadian tersebut dengan teliti dan kita bisa ceritakan kembali kepada orang lain
maka secara tidak sadar kita telah mengajarkan sebuah "ilmu". Dan kalau kita
khususkan lebih dalam penelitian kita atas peristiwa kelahiran manusia mungkin kita
akan lebih banyak mengetahui seperti halnya kejadian yang akan kita perhatikan.
Ovum atau sel reproduksi wanita yang telah dewasa itu ditempatkan dalam jaringan
yang berbentuk bisul di permukaan indung telur. Pada saatnya yang tepat,
terbukalah pintu, dan ovum itu bergerak maju kebagian ruang peranakan. Sangat
mengherankan, sel tersebut tidak musnah di sini, tetapi diarahkan ke ujung saluran
indung telur, yaitu satu pipa saluran menuju kandungan.
Ovum atau sel reproduksi wanita didorong kedalam kandungan melalui saluran
indung telur dengan sejumlah besar jari-jari halus yang menyapu sel itu dan
menggerakkannya. Sementara sel tersebut melewati saluran indung telur, maka
sekarang ia dapat bertemu dengan sperma apabila hubungan kelamin diadakan pada
saat itu. Apabila tidak ada sperma laki-laki yang menyerang, ovum itu kemudian
bergerak ke dalam kandungan, pada akhirnya musnah di sana. Namun jikalau kedua
sel itu bersatu, maka "hidup baru pun mulailah", sel baru ini akan bergerak secara
perlahan untuk meneruskan perjalanannya dalam saluran indung telur, hingga
sampai di kandungan. Di sanalah ia bermukim selama sembilan bulan. Kemudian sel
itu berkembang menjadi bayi yang sempurna. Subhanallah .. ternyata kita bukan
apa-apa, dan kita hanya menyaksikan sebuah peristiwa berlangsung. Kita hanya
sebagai saksi atas 'pekerjaan' Allah yang logis dan mudah dicerna oleh siapa saja
yang mau berpikir. Dengan cara demikian Allah berkomunikasi memberikan
ajarannya melalui perantara "kalam" sehingga manusia menjadi tahu dan berilmu.
Dari setiap system yang berlaku dalam penciptaan tersebut Allah sekaligus
mengilhamkan sebuah "pengertian" atau kefahaman bagi si pembaca.
Mari kita pertegas lagi dengan surat Al Mu'minuun ayat 12-14 :

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim) Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang-belulang. Lalu tulang-belulang itu Kami bugkus dengan daging.
Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah,
Pencipta yang paling baik" (QS 23:12-14)
Banyak orang mengajarkan ilmu kepada muridnya namun ia tidak mampu
memberikan kefahaman, ... banyak guru mengajarkan ilmu agama namun ia tidak
bisa memberikan secuil iman, dan banyak guru mengajarkan shalat dan rukunnya
namun ia tidak bisa memberikan kekhusyu'an. Dan banyak majelis pembersihan jiwa
namun ia tidak bisa membersihkan jiwanya (QS 24:21)
Ada peristiwa menarik yang perlu kita simak dari sekitar lingkungan kita seharisehari
...Saya mengajak pembaca untuk memperhatikan perilaku binatang dan
tumbuh-tumbuhan yang terkadang terlupakan bagi kita untuk mengambil pelajaran.
Ada yang ingin saya ungkapkan sebuah rahasia Allah, saat kita bertutur mengenai
perilaku binatang dan tumbuh-tumbuhan, bagaimana lebah menciptakan sarangnya
dengan arsitektur yang indah, para semut yang bekerja dengan tekun dan kompak
serta mengelompokkan dalam pekerjaan dengan menajemen yang sangat rapih. Dan
kita perhatikan seperti apakah sarang semut itu? Mereka membuat sarang terdiri
dari ruangan-ruangan yang berfungsi sebagai gudang tempat menyimpan makanan,
ruang untuk menyimpan larva, ruang makan ratu semut yang dilayani semut pekerja
dan tempat bertelur, kemudian telur semut tersebut dibawa oleh pekerja ke ruangan
khusus penyimpanan telur. Ruang semut jantan dan ruang semut betina terpisah.
kepompong yang sudah menjadi semut sempurna diletakkan pada ruangan
tersendiri dan para semut ada yang bertugas merobek kepompong untuk
mengeluarkan semut-semut yang masih bayi. Kita lihat di ruangan yang lain, semutsemut
ini memelihara kepompong kupu-kupu hairstreak. Mereka merawatnya dan
memberinya makanan layaknya bayinya sendiri. Mereka mengharapkan kelak anak
angkatnya ini mampu membalas jasa baiknya dengan memberi madu yang manis.
Mari kita tinggalkan rumah semut yang damai dan sejahtera, menuju istana rayap
yang penuh keajaiban. Sebuah gundukan tanah sarang rayap, yang kelihatannya
sepele ternyata ada sebuah kecerdasan yang mengalir pada diri para penghuninya...
bagaimana tidak, saat suhu udara di luar bergerak antara 35 derajat (pada malam
hari) hingga 104 derajat fahrenheit (pada siang hari), suhu di dalam sarang tetap
stabil. Kira-kira hanya 87 derajat fahrenheit kehebatan ini yang membuat arsitek di
Zimbabwe berguru pada rayap. Mereka ingin membuat rumah yang dingin seperti
rumah rayap. Ternyata ada sebuah lobang angin di bawah gundukan ... udara yang
hangat di siang hari mengalir keseluruh ruang. Sementara ruang-ruang itu telah
basah oleh lumpur yang dibawa rayap dari genangan dibawah tanah, makanya di
dalam sarang udara tetap lembab. Jadi tak heran jika jamur yang dibutuhkan rayap
sebagai makanan tumbuh subur di sini.
Belajar dari melihat dan memperhatikan apa yang dilakukan rayap, para arsitek
Pearce Partnership di Harare, Zimbabwe, menerapkan ide yang sama untuk
membangun sebuah kompleks perkantoran dan real estate. Maka berdirilah
bangunan Eastgate. Banguan tersebut sebenarnya terdiri dari dua bangunan.
Dibagian atapnya dihubungkan oleh semacam jembatan miring berbahan kaca,
sehingga angin menjadi bebas masuk pada malam hari. Kipas-kipas yang dipasang
disetiap ruangan mengalirkan udara dingin dari luar atrium. Udara masuk rongga di
lantai dasar. Persis seperti lubang rayap, dibagian dasar ini, udara segar mengalir
kesetiap ruang perkantoran melalui ventilasi lantai. Udara panas disiang hari akan
keluar gedung melalui cerobong diatas atap.
Kita perhatikan makhluk yang tidak memliki akal dan tiada mampu berfikir, makhluk
yang tiada daya namun siapa yang membekali ia kemampuan bersiasat,
berpengertian ? Memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa. Bagaimana mereka
mendapatkan kecerdasan dan berpengertian tersebut. Apakah mereka bisa dengan
sendirinya.
Allah-lah yang bertutur kata kepada semua makhluknya. Allah yang memberikan
wahyu kepada para Nabi, kepada ibu Musa, kepada lebah, kepada semut, kepada
langit dan bumi, kepada manusia, kepada pencuri sekalipun !!!
Semua makhluk telah mengikuti kehendak Ilahi dan perintah Ilahi dengan terpaksa
ataupun suka cita. Allah membuat hukum yang harus diikuti semua makhluk, hal ini
bisa kita rasakan dalam renungan yang hening … kita perhatikan keluar masuknya
nafas … kedipan mata dan degup jantung yang bergerak mengalirkan darah sambil
mengirimkan nutrisi menggantikan sel-sel yang hilang … indahnya penglihatan
memandang alam ... suara debur ombak menggema menembus telinga ….dan lidah
merasakan lezatnya buah-buahan dan biji-bijian. Oh .. alangkah indahnya semuanya
ini, manusia hanya bisa merasakan dan menyaksikan. Tidak sedikitpun kita ikut andil
dalam membuat rasa semua ini !!!
Rasakan dengan penuh hikmah bahwa kita sebenarnya hanya diam terpaku dalam
kesibukan Allah (Af'alullah), Allah yang menggerakkan bumi dan bintang-bintang …
Allah yang mengatur senyawa-senyawa bereaksi ….dan butiran-butiran atom
bergerak pada porosnya.
"dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidak mengetahui apa-apa,
kemudian Allah memberi kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta pikiran
(perasaan), supaya kamu bersyukur" (QS 16:78)
Firman Allah :
"Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia berkata
kepadanya dan pada bumi; silahkan kalian mengikuti perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa .jawab mereka : kami mengikuti dengan suka hati" (QS 41:11)
Mari kita perhatikan Al Qur'an dalam surat Fushilat ayat 12 :
"Maka Allah menjadikannya tujuh langit dalam dua hari dan "mewahyukan" perintah-
Nya pada tiap-tiap langit itu, dan Kami hiasi langit dunia dan pelita-pelita dan Kami
memeliharanya, Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui"
(QS 41:12)
Allah mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya. Allah-lah yang
menuntun manusia, memberikan inspirasi, ilham dan wahyu. Tubuhnya patuh
mengikuti perintah Tuhannya tidak terkecuali orang kafir. Sunnah-sunnah Allah
berlaku kepada alam semesta baik yang mikro maupun yang makro. Syaikh imam
An Nafiri berkata " Tuhanku bertutur kata kepadaku"… Demi keimanan bahwa
sumber segala hakikat dan sumber segala pengilhaman ialah Allah Swt semata …
Baiklah kita nukilkan apa yang tertera dalam kitab suci Al Qur'an setiap yang disebut
wahyu itu adalah wahyu tasyri' atau wahyu syariat, tetapi ada wahyu ilham. dimana
Allah memberikan perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada makhluknya,
Firman Allah Swt:
Dan Tuhanmu " mewahyukan" kepada lebah (QS 16:18)
Dan Kami " wahyukan " kepada ibu Musa (QS 28:7)
Dan Ia "mewahyukan" kepada tiap-tiap langit itu urusan masing-masing (QS 41:12)
Kata "wahyu" yang tertera dalam ayat-ayat diatas, secara tegas bahwa Allah tidak
menutup-nutupi kepada pembaca, bukan siapa-siapa yang membisikkan dan
menggerakkan tubuh manusia yang oleh pakar biasa disebut alam kecil atau
gambaran mini tentang alam semesta. Dialah Allah yang bersembunyi dibalik kasat
mata manusia yang buta hatinya. Ia yang menggerakkan bumi, langit,
bintang-bintang, matahari ... dan mengajarkan lebah berdemokrasi dalam memilih
pimpinan dan perundang-undangan pemilihan. Ia menuntun lebah-lebah ini untuk
membuat konstruksi bangunan rumahnya yang indah. Masing-masing dibekali wahyu
dari Tuhan untuk melaksanakan tugasnya dengan sempurna. Mereka seperti rasulrasul
sang utusan, mereka begitu mematuhi perintah-Nya
tanpa membantah, sehingga jalan mereka tidak berbenturan dengan fitrah Allah
Yang Maha Suci.
Berpegang pada hasil kontemplasi pada alam semesta yang berada di sekililling kita,
baik yang jauh seperti galaksi atau bimasakti, bintang, matahari, bulan, maupun
yang dekat seperti bumi, gunung, lautan, angin, hujan dan sungai, semua makhluk
yang dikatakan tak bernyawa, dan makhluk-makhluk hidup seperti tumbuhtumbuhan,
binatang, dan manusia, kita telah berhasil memberikan penafsiran dan
pengertian yang menunjukkan adanya kecocokan antara ayat-ayat Allah di dalam
kitab suci Al Qur'an dengan ayat-ayat Allah di alam semesta. Dengan
perkembangannya dan sempurnanya sains kita akan mempunyai informasi yang
lebih banyak tentang ayat-ayat Al Qur'an, yang sekarang belum kita fahami, dan
lebih mendalam lagi ayat-ayat Al Qur'an yang kini telah dapat kita fahami sedalam
apa yang dapat disajikan sains pada saat ini.
Keadaan ini dapat kita capai karena kita mengikuti perintah Allah untuk berintizhar
pada alam semesta, agar kita dapat melihat ayat-ayat Allah, tanda kebesaran Allah,
tanda-tanda kekuasaan-Nya serta wahyu-Nya. Ayat-ayat Allah ini boleh dibaca oleh
siapa saja dan mereka akan medapatkan hikmahnya dan manfaat dari hasil
membaca ayat-ayat tersebut. Maka jangan salahkan orang kafir
kalau mereka bersungguh-sungguh meneliti dan mendata apa yang mereka baca
dari kejadian alam lalu mendapatkan ganjaran atas manfaat membaca ayat kauniah.
Dan sebaliknya Allah akan membiarkan ummat Islam terkapar, jika memang ia tidak
mau menjalankan syariat secara kauniah yang merupakan ketetapan dan sunnahsunnah-
Nya.
Nyata pula bahwa melalui jalan intizhar pada isi bumi, baik yang hidup maupun yang
mati serta atom dan molekul, Allah mengungkapkan hukum-hukum alam-Nya, dan
mengizinkan kita untuk menganalisis kembali bagaimana bumi tercipta dan
berkembang, dan makhluk hidup diciptakan serta dievolusikan Allah dalam rangka
penyempurnaannya hingga tercipta manusia. Sekalipun ia tersusun dari zat-zat
kimiawi yang berkelakuan sesuai ketetapan sunnatullah, manusia bukan sekedar
onggokan bahan kimia atau struktur kimiawi yang mengikuti hukum-hukum alam
hingga merupakan mekanisme yang memperlihatkan gejala hidup, bermetabolisme,
tumbuh, berkembang biak dan sebagainya.
Dalam diri manusia terdapat suatu kesadaran, sesuatu yang tak dapat dikembalikan
pada proses kimiawi atau fisis yang kita ketahui. Kita lihat dalam surat Al Hijr ayat
28-29 :
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
Lumpur hitam yang berstruktur, maka apabila Aku telah meniupkan kepadanya roh-
Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (QS 15:28-29).
Jadi manusia diberi roh oleh Allah, diberi kesadaran serta kemampuan abstraksi dan
berkomunikasi secara lisan maupun simbolik, kemampuan analisis dan sintesis,
berakal dan berpikiran. Kesemuanya itu merupakan intrumen yang disediakan dalam
rangka untuk menjalankan tugas kekhalifahan. Pada bab-bab sebelumnya sudah
saya singgung mengenai Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia. Dia yang
mengajarkan jiwa manusia melalui kalam baik tentang jalan kebajikan maupun jalan
kejahatan. Dimana kejahatan dan kebajikan hampir tidak bisa dibedakan dalam
penggunaannya. Ilmu yang yang digunakan oleh koruptor dalam mencuri uang
perusahaan misalnya, ia menggunakan ilmu yang sama dengan ilmu yang digunakan
oleh orang yang beriman yaitu "ilmu akuntansi". Jadi jelas bahwa Allah telah
menurunkan ilmu kepada manusia melalui jiwanya, namun manusialah yang akan
menentukan ilmu itu akan diarahkan kemana ia mau. Apakah jalan kebajikan
ataupun jalan kejahatan. Maka beruntunglah bagi manusia yang membersihkan
jiwanya sebab ia akan diberikan kemudahan oleh Allah untuk melakukan kebaikankebaikan.
Dan sebaliknya sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya sebab ia
akan mendapatkan jalan kemudahan untuk berbuat kejahatan.
Dari semua uraian di atas mengenai bagaimana Allah mengajarkan manusia melalui
kalam-Nya, mari kita merenungkan kembali dan melihat kebenaran dengan jujur,
jangan kita membuat apologi untuk menghindar dari kebenaran yang nyata atas
perbuatan Allah. Terkadang kita banyak terjebak oleh istilah yang membingungkan
dan menjauhkan kita dari kegiatan Allah yang langsung kita bisa
rasakan. Kebingungan kita bertambah tatkala ilmuwan-ilmuwan atheis mengatakan
bahwa semua kejadian alam ini bisa bergerak dengan sendirinya atau biasa disebut
"natural", insting atau gharizah Namun Al Qur'an secara tegas membantah pendapat
kaum atheis itu, bahwa Allah-lah yang mengatur semuanya ini, Allah-lah yang
berbicara dan memerintahkan langit, bumi, atom-atom, kepada binatang serta
tumbuh-tumbuhan, kemudian Allah berbicara kepada roh manusia melalui ilham dan
wahyu. Lantas mengapa kita takut mengatakan "saya berguru kepada Allah" dalam
segala hal, karena Dialah Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang nyata
maupun yang ghaib.
Banyak orang meragukan bagaimana kalau kita "tersesat" dan ternyata syetan yang
menjadi guru kita? Saya akan kutib perkataan Syaikh Ar Rifa'i, dalam kitab Jalan
Ruhani oleh Syaikh Sa'id Hawwa halaman 73 :
"Sebenarnya tujuan akhir para ulama dan para sufi adalah satu". Ini perlu kami
utarakan disini, sebab beberapa ulama yang kurang faham selalu menghujat setiap
orang dengan perkataan: "Orang yang tidak memiliki syaikh, maka syaikh-nya
adalah syetan. ungkapan ini dilontarkan oleh seorang sufi yang berpropaganda untuk
syaikh-nya yang alim atau dilontarkan oleh sufi yang keliru,
yang tidak tahu bagaimana seharusnya ia mendudukkan tasawuf pada tempat yang
sebenarnya. Sebenarnya orang yang tidak memiliki syaikh adalah orang bodoh yang
tidak pernah belajar, menolak dan lari dari pendidikan. Manusia macam inilah yang
bersyaikh pada syetan !!! Sedangkan yang berjalan atas dasar ilmu pengetahuan ,
itu berarti imam dan syaikhnya adalah ilmu dan syariat".
Syaikh Abdul Qadir Jaelani mengisahkan perjalanan keruhaniannya yang ditulis
dalam kitab "Rahasia Kekasih Allah", saat dimana ia bertawajjuh dalam tafakkur
dengan khusyu', saat ia meluruskan jiwanya melayang menuju yang maha ghaib,
saat ia melampiaskan rohnya yang penat terkungkung oleh sibuknya dunia, ia
tinggalkan seluruh ikatan syahwati yang sering mengajak kejalan kefasikan. Ketika
roh sang Syaikh mulai ekstase dalam puncak keheningan dan kecintaan yang
mendalam kepada Sang Maha Kuasa, baru selangkah rohnya meluncur lepas untuk
memasuki kefanaan, tiba-tiba muncul cahaya yang terang-benderang meliputi
ruangan alam ruhani Syaikh. Dan kepada sang Syaikh diwangsitkan sebuah amanah
yang membebaskan darinya dari ikatan "syari'at Allah" dengan memberikan alasan
bahwa sang Syaikh sudah mencapai kedekatan kepada Allah. Perjalanannya sudah
sampai (wushul) dan tidak perlu lagi shalat, haji, zakat dan dihalal semua yang
pernah Allah haramkan. Namun sang Syaikh ini rupanya telah memiliki ilmu ma'rifat
kepada Allah dengan landasan Al Qur'an dan Alhadist, dimana ia diselamatkan oleh
pengetahuan tentang Allah, bahwa Allah tidak sama dengan makhluq-Nya, tidak
berupa suara, tidak satupun yang bisa membandingkan-Nya. Dia Maha Ghaib dan
Maha Latif. Pengetahuan yang cukup, yang dimiliki sang Syaikh mengalahkan
wangsit yang keliru tadi, dengan tuntunan syari'at yang ditentukan oleh Allah
sendiri. Ia selamat dari jebakan syetan yang terkutuk. Allah-lah sebagai penuntun
menuju hadirat-Nya. Dialah sang Mursyid sejati, tidak satupun manusia yang mampu
menghantar roh manusia lain menuju ke hadirat Allah `azza wajalla.
KIta perhatikan para nabi seperti nabi Ibrahim, beliau mengetahui dengan jelas
siapa yang menggoda ketika beliau mendapatkan perintah untuk mengorbankan
putranya Ismail untuk disembelih. Namun nabi Ibrahim memiliki jiwa yang bersih
dan berada pada wilayah keruhanian yang tinggi. Sehingga beliau mengetahui siapa
sebenarnya yang menggodanya. Sebab kedudukan dimensi syetan masih berada
jauh di bawah kedudukan orang mukmin yang mukhlisin (berserah diri kepada
Allah). Hal ini juga pernah dialami oleh nabi Yusuf saat gejolak syahwatnya
menguasai jiwanya. namun saat itu pula nabi berserah diri dengan ikhlas kepada
Allah, sehingga Allah menurunkan burhan di hatinya, yang pada akhirnya nabi Yusuf
selamat dari perbuatan mesum dengan wanita cantik jelita yang menggodanya. Hal
ini pernah dikeluhkan oleh syetan kepada Allah bahwa dirinya akan selalu menggoda
setiap anak cucu Adam sampai hari kiamat. Namun ia tidak mampu menjerumuskan
kedalam kesesatan bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah.
Banyak informasi mengenai Allah yang keliru, sehingga belajar keTuhanan terkesan
sulit dan sangat membingungkan. Kita lihat banyak buku-buku mengenai theologi, ia
berbicara eksistensi "Tuhan" namun kita tidak pernah diajak melihat secara
sederhana. Atau kita banyak berbicara mengenai Allah, tentang kekuasaan-Nya,
kehebatan-Nya, dan keMahaPengasihan-Nya, akan tetapi kita merasakan sedang
membicarakan sosok yang jauh disana. Padahal kita sedang berada didekat-Nya,
dan sangat dekat … Kesederhanaan firman-firman Allah dalam mengungkapkan
keberadaan diri-Nya sering disalahtafsirkan. Sehingga bertambah jauhlah dia dari
pengertian yang seharusnya. Kita banyak terhijab oleh pengetahuan yang menutup
eksistensi Tuhan dalam hubungannya mengenai pengajaran dan bimbingan melalui
"ilham". Kita sudah terlanjur terbelenggu oleh pengertian bahwa Allah tidak berkatakata
lagi kecuali hanya kepada nabi-nabi, para rasul dan para wali. Namun disisi lain
mereka mengharapkan Allah memberikan jawaban-jawaban atas doa-doanya,
bimbingannya, ismatnya dan taufiqnya. Dan mereka menolaknya kalau kita katakan
bahwa kita akan belajar atau berguru kepada Allah masalah hidup, masalah khusyu'
masalah penyelesaian rumah tangga, atau menanyakan informasi hal-hal yang akan
kita lakukan nanti. Kita telah melupakan bahwa ayat-ayat Al Qur'an banyak
menyiratkan makna yang belum bisa kita lakukan. Ayat-ayat perintah atau amar
seperti shalat, zakat, haji, sedekah, berjilbab, dan lain-lain, kita bisa lakukan dengan
segera. Namun banyak ayat-ayat berupa penjelasan atau menceritakan keadaan
(hal) orang-orang yang beriman. Dimana kita tidak akan mampu melakukannya
kalau bukan karena hidayah atau tuntunan, yaitu berupa kekhusyu'an, menangis
dalam shalat atau bergetar ketika dibacakan ayat-ayat Allah, merasa tenang dan
tidak ada rasa khawatir. Sikap ruhiyah inilah yang kita tidak miliki !!!
Dan tidak mungkin kita bisa lakukan semudah mengangkat takbir atau membaca
ayat Al Qur'an. Hidayah, bukan hak kita untuk memberikan kepada murid atau anak
kita. Hidayah adalah hak Allah kepada hamba-hambaNya yang terpilih. Hidayah
adalah pengalaman pribadi dan merupakan tuntunan dan tarikan ruhani. Kepada
jiwa itulah cahaya Allah memberikan karunia kekusyu'an dan keimanan yang dalam.
Pengalaman-pengalaman itu ditulis dalam Al Qur'an berupa keadaan yang mesti
didapat secara rasa, bukan ditafsirkan. Pengalaman-pengalaman tersebut akan
menjadi pemicu bagi yang merasakan sebagai penguat keimanan kepada Allah.
Rasulullah sendiri pernah mengalami kesulitan dalam memberikan wejangan kepada
pamannya saat menjelang kematiannya. Dan pamannya tetap dalam keadaan kafir,
sekaligus teguran kepada Rasulullah bahwa beliau ditugaskan hanya sebagai
pembawa berita baik dan ancaman dari Tuhannya, bukan memberikan hidayah atau
memberikan iman kepada manusia. Dengan demikian seharusnyalah kita
mengharapkan dan memfokuskan diri dalam melatih jiwa kita untuk selalu hadir
berguru kepada Allah, memohon hidayah dan tuntunan. Dengan hanya berserah diri
kepada Allah-lah kita akan mendapatkan hidayah dan bimbingan, seperti para nabi,
para wali, lebah, semut, bumi dan langit. Semuanya mendapatkan bimbingan dan
petunjuk karena mereka adalah orang-orang dan makhluk yang berserah diri secara
total kepada Allah Swt. Mari kita hilangkan rasa takut tersesat. Rasa takut yang
tidak beralasan inilah yang justru menjebak kita untuk berhenti mendekati Allah.
Syetan telah berhasil memanfaatkan alasan "tersesat" sehingga kita lupa bahwa kita
telah dan sedang tersesat, tidak berdzikir kepada Allah.
Untuk lebih jelasnya kita harus mengetahui bagaimana Allah menurunkan wahyu dan
ilham kepada manusia. Dan apakah sebenarnya ilham atau wahyu itu?. Penjelasan
ini penting untuk bekal bagi para pejalan keruhanian. Karena belakangan ini banyak
orang menawarkan bentuk kerohanian yang bukan datang dari Islam. Kesan ruhiah
Islam telah hilang, karena informasi kerohanian Islam tidak mudah didapat
disembarang tempat, apalagi didepan khalayak ramai. Kondisi inilah yang
menyebabkan khasanah ilmu kerohanian didominasi oleh kerohanian yang tidak
berasal dari ketauhidan murni. Untuk itu wajar sekali kalau banyak kalangan yang
takut belajar kerohanian, sebab yang mereka dengar dari setiap pelaku kerohanian
cenderung berbicara soal 'klenik', perdukunan, ramalan, serta fenomena keadaan
alam-alam ghaib yang menyeramkan.
Perbuatan Manusia
Tinjauan filsafat yang lebih menonjol terhadap manusia adalah menyangkut
kebebasan. Perbuatan manusia dilihat dari segi efektivitasnya. Pandangan terhadap
hal ini mempunyai akar pada konsepsi tentang hakikat manusia dan daya-daya yang
dimilikinya. Apabila manusia mempunyai hakikat dengan daya-daya yang efektif
pada dirinya, ia dengan sendirinya adalah pelaku perbuatan-perbuatannya.
Sebaliknya, apabila manusia dipandang tidak mempunyai daya-daya yang efektif
pada dirinya, perbuatan-perbuatannya, pada dasarnya, tidak berasal dari dirinya
sendiri. Perbuatan-perbuatan itu merupakan hasil determinasi kekuatan-kekuatan
lain diluar dirinya. Manusia dalam hal ini tempat berlakunya kekuatan-kekuatan itu.
Menurut Al Ghazaly didalam Ma'arij al quds, perbuatan adalah bagian dari gerak.
Apabila gerak dikaitkan dengan manusia, maka gerak tersebut dapat dibedakan atas
gerak yang tidak disadari (at thabi'i) dan gerak yang disadari (al iradiyyat). Gerak
yang tidak disadari, kita sudah maklumi bahwa tubuh manusia dikatakan miniatur
alam semesta, dimana unsur-unsur alam bergerak dan berkembang mengikuti
perintah dan peraturan- peraturan Allah semata.
Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan perbuatan yang
disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara jelas melalui proses tertentu di
dalam jiwa dan berhubungan dengan pengungkapan diri. Perbuatan yang disadari,
disebut juga dengan perbuatan bebas (ikhtiyaari), perbuatan semacam ini menurut
Al Ghazaly terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri manusia, yaitu
pengetahuan, kemauan (al iradat) dan kemampuan (al qudrat). Yang lebih dekat
diantara ketiga tahap itu dengan wujud perbuatan adalah al qudrat. Al qudrat adalah
daya penggerak dari jiwa sensitive yaitu makna yang tersimpan dalam otot-otot. Ia
adalah momen terakhir yang secara langsung berhubungann dengan wujud
perbuatan. Fungsi al qudrat pada dasarnya ialah menggerakkan tubuh. Bentuk
gerakan tubuh ditentukan oleh kemauan atau iradat. Berdasarkan salah satu
kecenderungan yang inheren didalamnya : positif atau negatif. Positif sebagai reaksi
terhadap yang menguntungkan dan negatif sebagai reaksi terhadap hal yang
merugikan. Dengan pengertian ini, semestinya pada al iradat terdapat kegiatan
memilih. Al iradat (kemauan) mempunyai intensitas kepada proses sesudahnya al
qudrat. Artinya ia bersifat aktif terhadap al qudrat, sehingga yang disebut terakhir ini
menjadi aktual, tidak sekedar potensi. Al iradat tidak mempunyai intesitas kepada
proses sebelumnya, yaitu pengetahuan, sebagaimana al qudrat tidak mempunyai
intensitas kepada iradat. Al qudrat hanya mempunyai intensitas kepada wujud
perbuatan. Berbeda dengan al qudrat, al iradat mempunyai "kekuasaan" yang lebih
besar karena ia tidak menerima perintah dari daya sebelumnya, ia mempunyai
inisiatif memilih, al iradat menentukan pilihannya berdasarkan pengetahuan.
Daya "mengetahui" mempunyai kekuasaan yang lebih besar daripada al iradat ,
tetapi ia mempunyai hubungan yang jauh dan terlibat secara langsung dengan
perbuatan adalah al iradat dan al qudrat. Sepintas lalu proses terwujudnya
perbuatan ini memperlihatkan efektivitas manusia, melalui iradat manusia
mempunyai kebebasan dan melalui al qudrat manusia mempunyai kemampuan pada
dirinya untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Disamping itu, Al Ghazaly
menyatakan juga didalam buku-buku filsafatnya, bahwa perbuatan-perbuatan
manusia terwujud dengan sebab "perbuatan Allah"
Namun demikian Al Ghazaly mendapat sorotan tajam dan dituduh sebagai biang
kerok kejumudan pemikiran ummat. Hal ini disebabkan banyak kalangan yang
kurang teliti melihat alur pemikiran Al Ghazali. Yang dimaksud adalah andil Allah
dalam setiap perilaku manusia maupun makhluk dalam memberikan pengertian baik
maupun buruk. Akan tetapi Allah sudah membekali dan memberikan kebebasan
untuk memilih dua hal tersebut. Yang akan saya utarakan adalah persoalan awal
sebelum kehendak dan kemampuan berbuat itu muncul. Misalnya seorang penulis,
maupun pelukis, saat dimana ia melakukan perbuatan tersebut. Ia sebenarnya
hanya diam menunggu inspirasi datang kemudian muncul kehendak lalu
memerintahkan kemampuan atau iradat untuk melakukan gerakan.
Pengetahuan ini sering disebut dengan pengertian awwali atau ide besar yang belum
berupa rangkaian huruf-huruf, bukan rumus-rumus suara, Dia ada meliputi segenap
jiwa dan alam. Ialah perintah-perintah atau amar-amar Tuhan yang mengarahkan
dan menggerakkan segala-sesuatu. Ialah ruh yang suci, yang tidak bisa
digambarkan oleh fikiran, namun Ia hadir dengan perintahnya, tidak berupa suara
dan suasana. Dia berkata-kata kepada para penulis novel, dia melukis bersama
seniman, dia menuntun lebah merangkai sarangnya, dan semut-semut pun mengerti
apa yang mesti dilakukan dalam hidupnya.
Pengertian-pengertian itu datang mengalir secara murni tanpa ada campur tangan
makhluk apapun termasuk malaikat. Kita bisa rasakan sendiri hal ini bahwa
datangnya perintah terhadap tubuh maupun alam secara alami berlaku pasrah
maupun terpaksa. Kita perhatikan orang yang sedang tidur. Ia berbaring tanpa
dikendalikan lagi oleh kemauan dan kekuasaan diri. Instrumen tubuh
bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.bandingkan dengan perilaku alam
yang lain seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bumi dan planet-planet
lainnya. Semua bergerak teratur menurut perintah Allah. (lihat Surat Al Fushilat ayat
11-12).
Yang membedakan antara manusia dan makhluk lain adalah adanya iradat dalam diri
manusia sehingga ia bebas memilih untuk berbuat atau tidak. Akan tetapi manusia
tidak bisa menentukan gerakan Ilahi yang mengalir dalam tubuhnya, yaitu gerak
hakiki .
Gerak hakiki adalah gerak dimana Tuhan telah menentukan arah dan kadar
fungsinya. Ia tidak akan menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan Tuhan. Ia
patuh sebagaimana alam semesta patuh. Ia bersifat pasrah yang dinamis, karena ia
mengikuti gerak dan keinginan Ilahi
Para seniman Taichi berprinsip mengikuti irama gerak alam. Tubuhnya dipatok
kedalam kekuasaan besar yang meliputinya, ia membiarkan tubuhnya berdiri diatas
kelembutan dan kekerasan, sehingga keseimbangan dan keharmonisan segi tiga
realitas menjadi puncak prinsip, mikrokosmos, makrokosmos dan metakosmos.
Sehingga ia akan mengenal wujud Allah melalui tahapan wilayah-wilayah sampai
kepada kesimpulan bahwa semua makhluk adalah fana kecuali wujud Allah Yang
Maha Suci.
Gerak hakiki merupakan sunnatullah. Ia bergerak sesuai dengan kehendak Ilahi. Kita
tidak bisa menghentikan kehendak hakiki pada tubuh kita untuk mati. Kita tidak
pernah merencanakan lahir menjadi seorang laki-laki ataupun perempuan. Kadangkadang
kehendak itu bertentangan dengan kehendak kita. Kita menginginkan hidup
seribu tahun lagi, namun ada gerak hakiki yang menghentikan dengan paksa untuk
mati diusia belasan tahun.
Dengan mengetahui adanya dua kehendak yang berlangsung dalam diri kita,
menandakan adanya bentuk hakikat dan bukan hakikat. Sehingga kehendak yang
bukan hakikat semestinya mengikuti gerak hakikat yang menjadi pusat ketentuan
dan ide didalam setiap gerak manusia. Maka sesungguhnya fitrah Allah dan fitrah
manusia adalah sama (lihat surat Ar Rum ayat 30). Untuk mengenal hakikat Allah
dan mengikuti kehendak-Nya, kita harus berupaya menjalani pendekatan melalui
jalan ruhani. Karena Allah sendiri hanya memberikan tanda-tanda atau ramburambu
dalam memberikan petunjuk menuju pengenalan akan "wujud" (eksistensi
Allah). Pengenalan ini harus kita mulai dengan membuka harus kita mulai dengan
membuka wawasan ilmu tauhid kepada Allah, yaitu ilmu yang bersangkut paut
masalah hakikat Allah, sifat-sifat Allah, dzat Allah, Af'al Allah. Sebab kalau kita tidak
mengenal ilmu ini, maka tentunya kita tidak akan tahu sampai dimana perjalanan
kita menuju jalan hakikat. Jalan ruhani akan terhalang jika kita tidak mengetahui
akan keadaan Allah secara ilmu. Kita akan terjebak oleh keadaan alam-alam yang
menakjubkan didalam fenomena ghaib. Bisa jadi khayalan dan halusinasi seseorang
yang bergembira berlebihan akan hidup berkerohanian menyebabkan memori
didalam otaknya muncul tatkala ia berkonsentrasi apa yang diinginkan. Keadaan ini
sering muncul atau seakan-akan ada orang yang membisikkan untuk melakukan
sesuatu. Dalam berguru kepada Allah, hendaknya kita sudah mempersiapkan bekal
ilmu yang disebutkan di atas, sebab kita akan memasuki dunia keTuhanan secara
total.
Myskat Cahaya Ilahi
Kata cahaya adalah metafora yang diungkapkan Al Qur'an, dalam menjelaskan
keadaan jiwa atau hati yang telah mendapatkan wahyu atau ilham. Dimana wahyu
atau kata-kata Tuhan diungkapkan kedalam bahasa manusia, dengan meminjam
kata 'cahaya', sebab wahyu sendiri tidak bisa diungkapkan dengan bahasa manusia.
Wahyu adalah bahasa Allah, yang berbeda dengan bahasa manusia. Namun wahyu
atau ilham bisa dipahami oleh orang yang menerimanya, bahkan hewan dan
alampun mampu memahami bahasa Allah.
Didalam Mu'jam Alfadzil Qur'anil Karim, yang diterbitkan oleh Majma'ul Lughah Al
Arabiyah, kata 'ilham' ditafsirkan dengan :"Disusupkannya kedalam hati perasaan
yang sensitif yang dapat dipergunakan untuk membedakan antara kesesatan dan
petunjuk", dan mungkin hal ini di jaman kita sekarang ini dikenal dengan istilah
dhomir (kata hati). Didalam kamus Al Muhith disebutkan : "Al hamahu khaira" (Allah
mengilhamkan kebaikan) yakni : Allah mengajarkan kepadanya.
Dengan alasan inilah saya memberikan judul "Berguru Kepada Allah" pada bab ini.
Dan dengan demikian kita sudah menjurus kepada hal yang lebih penting lagi
didalam perjalanan kita kali ini. Disamping kita sudah berbekal ilmu kema'rifatan,
yaitu mengenal dzat, sifat dan af'al Allah, kita hendaknya melakukan komunikasi
kepada Allah serta melakukan pemasrahan diri secara total. Kepasrahan adalah
menggantungkan sikap jiwa untuk patuh kepada Allah dengan segenap syari'at yang
telah ditentukan, agar kita mendapatkan cahaya keimanan yang lebih dalam.
Firman Allah Swt didalam surat An Nuur ayat 35-38:
"Allah adalah cahaya bagi langit dan bumi. Perumpamaan cahaya adalah seperti
lubang yang didalamnya ada pelita. Pelita itu di dalam kaca. Dan kaca itu laksana
bintang yang berkilauan yang dinyalakan dengan minyak pohon yang diberkati, yaitu
minyak zaitun yang bukan dari timur dan tidak (juga) dari barat. Minyaknya hampir
menerangi sekalipun tidak disentuh api. Cahaya di
atas cahaya. Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, (yaitu) di rumah-rumah, Allah
memerintahkan untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, bertasbih didalam
rumah itu pada waktu pagi dan petang, (yaitu) laki-laki yang tidak dilalaikan
perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, mereka takut akan hari yang berguncang padanya hati dan penglihatan,
supaya Allah membalas mereka dengan yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan dan menambah (lagi) karunia-Nya. Dan Allah memberi rezeki kepada
siapa-siapa yang Dia kehendaki dengan tiada terbatas" (QS 24:35-38)
Allah memberikan perumpamaan cahaya-Nya seperti lubang yang tak tembus, yang
didalamnya ada 'pelita' besar. Cahaya itu bersemayam di dalam hati orang-orang
yang terpilih dan dikehendaki-Nya. Dengan cahaya itu Allah membimbing dan
menuntun hati agar mampu memahami ayat-ayat Allah serta nasehat-nasehat Allah.
Allah-lah yang akan 'menghantar' jiwa kita melayang menemui-Nya dan yang akan
menunjukkan 'jalan ruhani' kita untuk melihat-Nya secara 'nyata'. Dengan 'cahaya-
Nya', kita bisa membedakan petunjuk dari syetan atau dari Allah swt.
Firman Allah:
"Wahai orang-orang beriman jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan
menjadikan bagimu furqan (pembeda) ". (QS 8:29)
Yang dimaksud dengan 'furqan' adalah cahaya yang dengannya, kita semua bisa
membedakan antara yang haq dan yang bathil.
Dan firman Allah :
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang berbuat kebaikan" (QS 29:69)
Ayat ini menunjukkan bahwa bersungguh-sungguh atau bermujahadah dijalan Allah,
memiliki pengaruh didalam memberi 'hidayah' atau 'cahaya' kepada manusia menuju
jalan-jalan Allah, yaitu jalan kebenaran.
Firman Allah :
"Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagimu jalan
keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangka ..." (QS 65:2-
3).
Dengan demikian maka jelaslah pada ayat-ayat di atas, memberikan kepada kita
'syarat' untuk mendapatkan 'cahaya' atau 'hidayah', hendaklah melakukan amalanamalan
yang diwajibkan dan disunnahkan, yaitu melakukan dzikrullah', baik berdiri,
duduk, maupun berbaring. Sebab didalam setiap peribadatan itu merupakan 'cara'
untuk mengingat 'Allah'.
Dan menyebabkan 'Allah' menyambut ingatan kita, dengan sambutan kasih sayang
serta memberinya 'cahaya' penerang bagi hatinya yang merelakan dan membuka
untuk menerima Allah sebagai junjungannya, dengan ditandai rasa tenang yang luar
biasa.
Untuk lebih jelasnya, saya akan lanjutkan perjalanan rohani kita, pada bab
"Membuka Hijab". Pada bab itu akan saya jelaskan secara konkrit, masalah-masalah
rohani atau fenomena kerohanian yang menjebak perjalanan kita seperti istijrad,
kemampuan kasyaf, dan penyembuhan yang digandrungi oleh para pemburu
'kesaktian'. Dimensi-dimensi fisik maupun psikis akan anda temui pada bab tersebut.

Tidak ada komentar: