Kamis, 29 Januari 2009

Makna Syari'at

Dalam makna syariat, umat Islam sering terjebak dalam pengertian sempit sehingga
tak jarang kehilangan substansinya. Dan akibatnya, mereka hanya melakukan
ibadah seremonial dan tidak mendapatkan sesuatu yang berharga yakni pembuka
jalan menuju "kebenaran syariat". Sikap terhadap shalat misalnya, betapa banyak
nilai penghayatan dan kekhusyu'an yang terabaikan. Shalat bukan lagi sebagai
kebutuhan dialog dan memohon petunjuk tetapi telah berubah sebagai kewajiban
yang harus dipenuhi dengan berbagai macam larangan dan ancaman yang
mengerikan. Sehingga terasa sekali muncul ketidaknyamanan dalam setiap
melakukan syariat Islam. Hal ini tidak ubahnya seperti tawanan perang yang harus
memenuhi kewajiban membayar upeti seraya terbayang betapa kejamnya sang
penguasa.

Belum lagi dalam melaksanakan petunjuk Al Qur'an yang terasa dikejar target syarat
sahnya syariat selain hitung-hitungan amal, dan jarang mengarah pada pemahaman
akan fungsi syariat itu sendiri. Setiap syariat (aturan Allah) merupakan jalan dengan
segala rambu-rambunya menuju hikmah yang dikandung di dalam teks dan praktek
secara sempurna, serta pembuka tabir dibalik "firman". Syariat bukan hanya untuk
dibaca dan disucikan tanpa menyentuh isi tujuan yang dibaca, seperti tercantum
dalam surat Al 'Alaq ayat 1-5 :
"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari 'alaq. Bacalah! dan Tuhanmu yang paling pemurah. Yang telah mengajar
manusia dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya" (QS 96:1-5).
Memang, Al Qur'an adalah firman Allah yang disucikan sehingga memegangpun
harus suci dari hadast, namun hal ini bukan berarti haram bagi manusia untuk
memahami sesuai dengan kadar pemikiran dan pemahamannya. Sebab Al Qur'an itu
diturunkan sebagai petunjuk manusia dan semesta alam. Sikap jumud (pendek akal)
ini pun pernah diprotes RA Kartini pada gurunya, KH Sholeh Darat, ketika ia
mengusulkan agar Al Qur'an itu diterjemahkan. Saat itu, ia merenungkan kondisi
bangsa Indonesia yang mengalami kemunduran pemikiran. Bagi Kartini, Al Qur'an
yang begitu agung tidak hanya bacaan suci yang berpahala dan pengobat hati saja,
namun ia merupakan petunjuk hidup di dunia maupun di akhirat. Menurutnya, andai
Al Qur'an sudah diterjemahkan waktu itu, insya Allah bangsa Indonesia akan sadar
pada integritasnya sehingga tidak akan mau menjadi budak Belanda.
Kata "iqra" merupakan jendela untuk melihat kehidupan alam semesta yang luar
biasa luasnya. Ayat ini menyiratkan makna, betapa Al Qur'an membuka cakrawala
dunia ilmu (pengetahuan) yang dapat digali melalui kata 'baca'. Sejarah dunia pun
mengakui bahwa pada abad ke tujuh Islam telah mengalami masa kejayaan dan
peradaban yang pesat. Islam telah berhasil mengembangkan khazanah landasan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga sampai abad ke tigabelas dilakukan

secara terus-menerus penggalian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang kelak
dijadikan landasan ilmu pengetahuan modern. Bisa dibandingkan dengan ilmu
pengetahuan yang dikembangkan oleh barat yang baru dimulai pada permulaan
abad 15 sampai sekarang.
Dengan bersyariat secara benar, Islam mengalami kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan secara pesat. Dengan meningkatnya pengetahuan, kita mengenal sifat
dan perilaku alam, gejala-gejala alamiah yang komplek atau musykil dapat kita
terangkan dan uraikan menjadi gejala-gejala yang lebih sederhana yang mudah kita
ketahui. Dari sini muncul teori untuk menerangkan suatu gejala, ataupun teori yang
disusun untuk meramalkan gejala yang akan terjadi bila diadakan suatu percobaan
tertentu dalam laboratorium. Kemudian dilakukan eksperimen untuk menguji
kebenaran suatu teori. Begitu seterusnya, hingga sains natural tumbuh dan
berkembang terus dari hasil serangkaian kegiatan kaji-mengkaji secara struktural
dan sistematis silih berganti (disebut intizhar). Hal tersebut hanya dapat terjadi
dalam suatu generasi yang begitu gigihnya melakukan intizhar (penelitian) atas
dasar keIslaman yang terkandung dalam Al Qur'an.
Dan bukan dengan cara disucikan dalam makna yang keliru sehingga muncul
kerancuan ilmu pengetahuan yang diakibatkan oleh penyampaian tentang Islam
yang tidak Islami. Akibatnya bisa kita lihat dan rasakan sekarang bagaimana
kebanyakan orang menganggap belajar fisika, biologi, kimia dan ekonomi bukan ilmu
Islam. Mereka antipati dengan ilmu dunia yang dianggap bukan berasal dari Al
Qur'an, dan mereka hanya kenal tentang Islam sebagai musabaqoh Al Qur'an, haji,
zakat, dan shalawat nabi serta upacara-upacara seremonial, berikut segala larangan
dan ancaman, amalan dan ganjaran, tidak lebih dari itu, dan selain itu ditolak habis.
Para cendekiawan barat mengakui bahwa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 M) adalah
orang pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan penelitiannya di
bidang alkemi yang kemudian oleh ilmuwan barat diambil alih serta dikembangkan
menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai ilmu kimia. Sebab Jabir yang
namanya dilatinkan menjadi Geber adalah orang yang telah melakukan intizhar dan
merupakan orang pertama yang mendirikan suatu bengkel dan mempergunakan
tungku untuk mengolah mineral-mineral dan mengekstraksi menjadi zat-zat kimia
dan mengklasifikasikannya.
Di dalam sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis oleh sarjana Eropa disebutkan
bahwa Mohammad Ibnu Zakaria ar-rozi (865-925 M) telah menggunakan alat-alat
khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan ahli kimia seperti
distilasi, kristalisasi, kalsinasi dan sebagainya. Buku Ar-rozi, yang namanya
dilatinkan menjadi Razes, dianggap sebagai manual atau buku pegangan
laboratorium kimia yang pertama di dunia, dan dipergunakan oleh para sarjana
barat, yang baru berabad-abad kemudian mempelajari sains yang telah
dikembangkan oleh umat Islam, di universitas-universitas Islam di Toledo dan
Cordoba, Spanyol.
Terlalu banyak ilmuwan Islam dan karya mereka untuk disebutkan pada kesempatan
ini, dan begitu dalam pula pengaruh karya tokoh-tokoh ilmiah itu di Eropa dalam hal
perkembangan ilmu pengetahuan hingga masih dirasakan berabad-abad kemudian.
Apakah sebabnya pada masa dahulu umat Islam giat sekali mengembangkan Islam
secara mendalam baik dalam bidang hukum, filsafat, sains, maupun tasawuf. Namun
sebaliknya apakah yang kita lihat dan rasakan pada masa sekarang diabad ke dua
puluh satu ini? Di pesantren-pesantren serta perpuskaan-perpustakaan Islam
hanyalah tersisa berupa kitab lusuh klasik yang "dikeramatkan" dan "dikomersilkan"
seperti imriti matan, jurumiah, bulughul marom, madzahibul arba'ah yang
kesemuanya itu pelajaran-pelajaran tata bahasa arab belaka serta ilmu-ilmu fiqih
yang sudah dipatenkan. Pintu ijtihad ditutup !!!
Sesungguhnya di dalam Al Qur'an banyak diperoleh ayat yang mendorong umat
Islam untuk melakukan intizhar dan menggunakan akal pikiran seperti tercantum
dalam ayat 101 surat Yuunus memerintahkan :
"Katakanlah (hai Muhammad) perhatikanlah dengan intizhar/nazar apa-apa yang ada
di langit dan di bumi" (QS 10:101).
Bahkan dalam ayat 17-20 surat Al Ghaasyiyah dipertanyakan :
"Maka apakah mereka tidak melakukan intizhar dan memperhatikan unta,
bagaimana ia diciptakan. Dan langit bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung
bagaimana ia didirikan. Dan bumi bagaimana ia dibentangkan. Maka berikanlah
peringatan karena engkaulah pemberi peringatan"(QS 88:17-20).
Penggunaan akal pikiran untuk dapat mengungkapkan tanda-tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah ditegaskan dalam surat An Nahl ayat 11 :
"Dia menumbuhkan bagimu dengan air hujan itu, tanaman zaitun, korma, anggur
dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ayatayat
Allah (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berfikir" (QS
16:11).
Yang kemudian dilanjutkan dalam ayat 12 :
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan
bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya dalam gejalagejala
itu terdapat ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang menggunakan akal" (QS
16:12).
Sebenarnya di dalam ayat ini tercantum juga ungkapan bahwa Allah menundukkan
dan mengatur perilaku matahari, bintang, dan bulan dengan perintah-Nya. Peraturan
Allah inilah yang diikuti oleh seluruh alam semesta beserta isinya, bagaimana ia
harus bertingkah laku. Yang kemudian oleh manusia disebut sebagai hukum alam,
atau peraturan yang diikuti oleh alam.
Lebih jelas lagi kita baca surat Fushshilat ayat 11 :
"Kemudian dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi :"Silahkan kalian mengikuti peritah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa". Jawab mereka :"Kami mengikuti dengan suka hati"" (QS 41:11).
Ayat ini membuktikan bahwa alam taat mengikuti segala peritah dan peraturan sang
pencipta, termasuk apa yang disebut alam pada diri manusia (mikrokosmos),
termasuk segala yang ada dalam tubuh kita seperti detak jantung, darah mengalir
menghantarkan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh, nafas menghembus tanpa kita
perintahkan yang semuanya bergerak diluar kehendak kita. Semua serba teratur dan
tunduk patuh kepada peraturan-peraturan yang ditetapkan, mereka bekerja dalam
ketetapan dan fungsinya masing-masing. Namun demikian manusia tetaplah
manusia yang selalu saja tidak pernah bersukur dan menyadari bahwa semua itu
adalah karunia Allah yang maha pemurah, dan tetap saja kebanyakan manusia
mengingkari hal itu semua sebagai rahmat-Nya. Walaupun seluruh instrumen tubuh
manusia itu sesungguhnya ikut dalam peraturan Islam yang merupakan ketetapan
Allah.

Salesman

Kapanane onok Salesman Vaccum Cleaner teko nhik omahku.
Ewangku durung sempet ngomong opo-opo moro-moro salesman iku
mau langsung nyebarno tembelek wedhus ndhik karpet.
Jarene ngene ”Wis pokoke buk, lek sampek vaccum cleanerku iki gak
isok nyedot, tak jamin tak emploke sithok-sithok tembeleke wedhus iku.”

Jare ewangku ”Peno kepingin didhulit sambel tha ngemploke ?”.
”Lho opoko masalae ?” salesmane takok.
”Lha peno gak ndhelok tha saiki lampu mati ...”

Senin, 26 Januari 2009

Perjalanan Menuju Ilahi

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah, yang Maha Mengetahui seluruh rahasia tersembunyi dan dimana hati
mukminin bergetar tatkala mendengar asma-Nya. Shalawat dan salam semoga
tercurah pada penghulu sekalian Rasul, penyempurna risalah Ilahi beserta
keluarganya.

Saya ucapkan banyak terima kasih atas partisipasi rekan jamaah dzikrullah di
nusantara dalam kontribusinya pada syiar Islam di bidangnya masing-masing.
Kepada bapak H. Slamet Oetomo, saya juga menghaturkan terima kasih atas
wejangannya yang bermanfaat dalam perjalanan menuju ke hadirat Ilahi.
Dalam kesempatan ini, saya akan sampaikan perjalanan pengalaman keruhanian
saya serta apa dan bagaimana wejangan H. Slamet Oetomo tersebut. Sebelum saya
bertemu dengan pak Haji, demikian H. Slamet Oetomo biasa dipanggil, saya tinggal
di sebuah pesantren di Bogor. Sebuah pesantren yang menekankan nilai-nilai ajaran
tasawuf Imam Al Ghazaly. Kami dikondisikan dengan suasana nizham tasawuf yang
cukup ketat.

Namun anehnya, semakin dalam saya menekuni dunia tasawuf akhlakiah ini (bukan
tarikah seperti Naqshabandiyah, atau yang lain) justru saya mengalami rasa jenuh
yang luar biasa. Saya merasakan kelelahan yang sangat hebat. Dalam beribadah dan
bersyariat pun terasa banyak yang masih terlewatkan. Belum lagi tuntutan kualitas
dalam melakukannya. Saya merasa tidak mungkin melaksanakan ajaran Islam
secara total yakni melaksanakan ayat per ayat yang jumlahnya 6666 itu, ditambah
lagi dengan hadist yang jumlahnya mencapai ratusan ribu. Saya pernah berpikir
betapa ajaran Islam ini susah sekali untuk diamalkan, padahal kita terlanjur tahu
tentang segala kewajiban harus dilakukan. Baik yang berupa larangan maupun
perintah. Dan di dalam Al Qur'an sendiri, surat Al Baqarah ayat 208 menyatakan :
"Wahai orang yang beriman masuklah kalian dalam Islam secara keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh
yang nyata bagimu" (QS 2:208).

Tiba-tiba saya menjadi sangat ngeri membaca peringatan ayat ini. Sebab kata
"kaffah" dalam ayat tersebut berarti keseluruhan ajaran Islam, dimana dalam
pemahaman saya, kita harus melaksanakan ajaran Islam ini dengan total tanpa
pilih-pilih lagi. Namun, terasa sekali betapa berat dalam merealisasikan tuntutan Al
Qur'an tersebut, padahal saya sudah berupaya dengan sungguh-sungguh. Mulai dari
menjaga pandangan dari perbuatan maksiat serta shalat-shalat sunnah dengan
diiringi puasa nabi Dawud dan mendawamkan wudhu', sampai-sampai ditengah
banyak orang tidur lelap, saya tidak ketinggalan tahajjud. Keadaan ini saya lakukan
selama bertahun-tahun, namun begitu melihat bahwa ajaran Islam tidak hanya itu,
saya pun mengalami kebingungan. Karena terasa bahwa saya masih jauh dari kata
"kaffah". Terus apanya yang salah?

Mulailah saya bertanya dalam diri, apakah ada yang salah dalam ibadah saya? Saya
berpikir bahwa hanya diri saya yang mengalami kegelisahan tersebut namun
ternyata banyak keluhan serupa terlontar dari ikhwan-ikhwan yang juga ketat dalam
menjaga syariat.

Kalaulah saya tidak takut dosa mungkin saya akan mencari jalan lain untuk
mendapatkan kedamaian dan ketentraman. Saya juga mengintip apa yang dilakukan
orang lain dalam mencari kedamaian dan ketentraman. Dari sekian banyak yang
saya temui melihat perilaku orang lain dalam mencari solusi, tidak salah lagi
…..kebatinan dan dunia klenik, mistis, perdukunan jadi pelabuhan jiwanya.
Sementara sebagian lagi terjebak oleh retorika ilmiah yang disajikan dengan
memisahkan tidak ada hubungannya dengan agama sama sekali, apalagi dengan
dunia mantra-mantra. Dalam hal ini saya tidak akan membahas mengenai
bagaimana dan tidak akan membuka perdebatan masalah apa yang dilakukan orang
lain. Dari pergolakan jiwa saya yang menggelegak itulah saya bertemu dengan H.
Slamet Oetomo. Lewat butiran mutiara nesehatnya itulah, saya mengambil
kesimpulan bahwa tidak akan pernah ada dan mampu manusia di kolong semesta ini
untuk berIslam dengan "kaffah", kecuali mendapatkan karunia dan bimbingan Allah
secara langsung.

Di dalam perenungan saya sangat heran, betapa tidak, sedikitpun saya tidak pernah
merencanakan benci atau marah terhadap seseorang yang menyinggung hati. Tapi
kenapa benci dan marah itu datang tanpa bisa saya cegah. Namun sebaliknya
kenapa untuk berbuat baik dan ikhlash harus memerlukan tenaga dan upaya yang
sangat luar biasa. Kenapa kebaikan tidak menjadi terasa ringan dan mudah sehingga
tak terasa beban dalam fikiran maupun perasaan. Rasa marah berganti senyum,
rasa benci menjadi kasih sayang, dari tidak khusyu' menjadi khusyu' dan seterusnya.
Dan seharusnyalah sifat-sifat baik ini mengalir seperti ilham yang menuntun perilaku
kita. Suatu malam, saya keluhkan hal ini kepada Allah tentang keletihan hati dan
ketidakmampuan untuk berbuat lebih banyak menjalankan syariat Islam. Saya
pasrah dan mohon bimbingan agar ditunjukkan ke jalan yang diridhoi .
Selama ini kita dipaksa untuk percaya terhadap suatu keyakinan tanpa pernah
memahami mengapa kita harus meyakininya. Keadaan inilah yang menyebabkan
keyakinan seseorang akan mudah lepas dan selalu dalam keraguan. Misalnya begini,
si Ahmad memberitahu Salman bahwa gula itu rasanya manis. Berita dari Ahmad ini
adalah bentuk informasi yang memaksa Salman untuk percaya (wajibul yakin)
kemudian dilanjutkan untuk melakukan memakan gula tersebut dan apa yang
dikatakan oleh Ahmad ternyata benar bahwa gula yang baru saja dimakan rasanya
benar-benar manis. Pada tingkat ini pengetahuan Salman bertambah dari wajibul
yakin menjadi ainul yakin (merasakan sendiri) kemudian menjadi haqqul yakin,
karena ia betul-betul mengalami secara langsung bukan sekedar katanya si Ahmad.
Akan tetapi bahkan Salman sudah sekaligus mengisbathkan (keyakinan yang tidak
bisa diubahkan) kebenaran informasi tersebut.

Sampai di sini, keyakinan Ahmad dan Salman tidak akan mampu lagi diubah oleh
orang lain, walaupun dipenggal leher sekalipun. Nah…keyakinan seperti inilah yang
kita harapkan dalam beribadah kepada Allah serta mempercayai ayat-ayat sampai
kepada keadaan yang sebenarnya (hakikinya).

Dari hasil perbincangan dengan rekan-rekan yang tergabung dalam majlis dzikir ini,
banyak pengalaman yang telah mereka lalui. Apa yang mereka katakan hampir sama
dengan apa yang telah saya lakukan. Dan ternyata mereka juga mengalami hal yang
sama atas perubahan-perubahan dalam manisnya ibadah, sehingga berkembang
memasuki keadaan hakikat yang sebenarnya dari bentuk syariat yang dilakukan.
Anda tidak usah khawatir untuk memasuki dunia iman lantas takut sesat, tidak!!!
Saya justru hanya mengajak melakukan apa yang telah kita dapatkan, kalau
sekiranya ada amalan yang keluar dari dasar Islam maka anda mempunyai hak
untuk menentukan keluar dari majelis dzikir ini.

Banyak orang terjebak dalam menilai sesuatu. Kita digiring kepada persoalan yang
sempit. Kerohanian tidak banyak dikenal orang Islam lantaran takut sesat seperti
Syekh Mansyur Al Hallaj atau Syekh Siti Jennar yang terkenal dengan ajaran
wihdatul wujud atau manunggaling kawula gusti. Dua orang yang dianggap sesat,
menghalangi kita untuk belajar lebih dalam ilmu hakikat. Padahal berapa ribu ulama
yang tidak sesat dalam belajar menghayati ruhiyah Islamiyah seperti Hujjatul Islam
Imam Al Ghazaly, Imam Annafiri, Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Hanafi, para
sahabat rasul, serta Sunan bonang, Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kali Jaga
yang merupakan guru Syekh Siti Jennar, dan seterusnya yang hidup dengan ruhiyah
Islamiyah. Tapi mengapa kita hanya mempersoalkan kesesatan dua tokoh tersebut.
Kenapa kita tidak melihat ulama yang tidak sesat seperti yang disebutkan tadi. Ada
sentimen apa sehingga begitu gencarnya mengekspos sesat dan bid'ah terhadap
yang sungguh-sungguh dalam bermujahadah kepada Allah yang Maha Ghaib….dan
mengatakan belajar ilmu hakikat ini divonis haram.

Dan yang perlu kita catat, kesesatan itu tidak hanya pada ilmu kerohanian saja. ilmu
fiqih, ilmu ekonomi, ilmu akuntansi dan ilmu komputer, atau ilmu apa saja dapat
dibawa menuju kesesatan. Kenapa anda tidak pernah takut untuk belajar ilmu
akuntansi, padahal dengan ilmu ini orang bisa menggunakannya untuk korupsi
(maling) juga ilmu yang lainnya. Semoga kita tidak terpengaruh oleh pendapat
sempit yang ia tidak pernah memasuki atau menghayati kedalaman Islam secara
menghujam hingga ke lubuk hati.

Akibatnya kita menjadi korban atas pemberitaan yang tidak seimbang. Islam yang
kita lakukan sekarang menjadi setengah hati, tidak sampai menghunjam ke dalam
akar iman yang sebenarnya. Kita tidak pernah lagi mendengar suara hati kita
terharu ketika berhadapan dengan Allah. Apakah hati kita berguncang keras tatkala
asma Allah disebutkan berkali-kali?

Ketakutan kita terhadap pemahaman tasawuf, yang menurut prasangka kita akan
menyesatkan seperti yang terjadi pada Syekh Mansyur Al Hallaj atau Syekh Siti
Jennar, telah membuat asma Allah tidak lagi mampu menyejukkan dan
menggetarkan jiwa. Padahal keadaan itu merupakan tanda-tanda keimanan
seseorang.

Untuk itulah, agar kita tidak terjebak dalam pemahaman sesat seperti di atas,
agaknya kita perlu menengok perjalanan sejarah pengalaman para nabi dan rasul
dalam merentas jalan keruhanian menuju lautan cinta dan kasih sayang Allah SWT

Announcement on Humor

Peringatan Hak Cipta:
Ngguyu iku termasuk salah siji hak asasine menungso, dhadhi gak perlu
mbayar. Aku gak masalah lek bukuku iku nyebar nang endhi ae, tapi lek
onok wong sing sampek wani ngomersilno, tak dungakno ngguyu pitung
turunan gak isok mingkem.

by Mas Budhi Santoso on Humor Suroboyoan


Sabtu, 24 Januari 2009

Iblis Pun Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah S.A.W

ini hasil copycat dari Elfatachi yang bikin aku merinding bacanya. selamat merinding!!!!!

Oleh : Muadz bin Jabal dari Ibnu Abbas

Ketika kami sedang bersama Rasulullah S.A.W di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah.

“Wahai penghuni rumah, maukah kalian membukakan pintu? Sebab kalian akan membutuhkanku.”, sapa tamu tersebut.

Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”.

Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”.

Beliau melanjutkan, “Itu si Iblis, laknat Allah bersamanya.”.

Umar bin Khattab menanggapi, “izinkan aku membunuhnya, wahai Rasulullah!”.

Rasulullah menahannya. Beliau berkata, “Sabar, wahai Umar! Bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya sebab dia telah diperintahkan untuk ini! Pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik!”.

Ibnu Abbas menuju pintu, lalu dibuka. Ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda. Taringnya terlihat seperti taring babi. Bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata, “Salam untuk-Mu, Muhammad! Salam untukmu para hadirin!”.

Rasulullah menghardik, “Salam hanya milik Allah S.W.T! Sebagai makhluk terlaknat, apa keperluanmu?!”.

Iblis menjawab, “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku. Namun, karena terpaksa!”.

Rasulullah menanggapi, “Begitu. Lalu siapa yang memaksamu?!”.

Iblis menjawab, “Seorang Malaikat utusan Allah mendatangiku dan memberitahu bahwa Allah memerintahkanku untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Kata-Nya, aku harus memberitahu Muhammad tentang cara-caraku dalam menggoda manusia. Kata-Nya juga, aku harus menjawab dengan jujur semua pertanyaan Muhammad. Demi kebesaran Allah, andai aku berdusta satu kali saja, maka Allah akan menjadikan diriku debu yang ditiup angin.”.

Iblis lalu melanjutkan, “Oleh karena itu, aku sekarang mendatangi-Mu. Tanyalah apa yang hendak Kau tanyakan! Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku! Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh!“.

Orang yang Dibenci Iblis

Rasulullah bertanya kepada Iblis, “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”.

Iblis menjawab sambil menuding, “Kamu, Kamu, dan orang seperti-Mu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci!!!”.

Rasulullah melanjutkan, “Siapa lagi selanjutnya?”.

Iblis menjawab, “Pemuda yang bertaqwa yang memberikan dirinya untuk menjadi abdi Allah!”.

Rasulullah kembali melanjutkan, “Lalu siapa lagi?“.

Iblis menjawab, “Orang alim dan wara’ (loyal,red)!”.

Rasulullah terus melanjutkan, “Lalu siapa lagi?”.

Iblis menjawab, “Orang yang selalu bersuci!”.

Rasulullah meneruskan, “Siapa lagi?”.

Iblis kembali menjawab, “Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannya pada orang lain!”.

Rasulullah menanggapi, “Apa tanda kesabarannya?!“.

Iblis pun menjawab, “Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya pada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang-orang yang sabar.”.

Rasulullah masih terus mengejar si Iblis dengan pertanyaan, “Selanjutnya siapa?“.

Iblis menjawab, “Orang kaya yang bersyukur!”.

Rasulullah kembali menanggapi, “Apa tanda kesyukurannya?!”.

Iblis menjawab, “Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”.

Rasulullah coba bertanya pendapat Iblis tentang para sahabatnya, “Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?“.

Iblis mengemukakan, “Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, lebih-lebih dalam (masa) Islam!“.

Rasulullah bertanya lagi, “Umar bin Khattab?”.

Iblis menjawab, “Demi Allah! Setiap berjumpa dengannya, aku pasti kabur!“.

Rasulullah kembali bertanya, “Usman bin Affan?”.

Iblis menjawab, “Aku malu kepada orang yang bahkan Malaikat pun malu kepadanya!”.

Rasulullah terus mengejar, “Bagaimana dengan Ali bin Abi Thalib?”.

Iblis berpendapat, “Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu!”. (Ali bin Abi Thalib senantiasa berdzikir kepada Allah S.W.T, red).

Amalan yang Dapat Menyakiti Iblis

Rasulullah mencoba menanyakan hal lain, “Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umat-Ku yang hendak shalat?“.

Iblis menjawab, “Aku merasa panas dingin dan gemetar!“.

Rasulullah bertanya heran, “Kenapa?!”.

Iblis menjawab, “Sebab setiap seorang hamba bersujud 1 kali kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”.

Rasulullah kembali bertanya, “Jika seorang umatku berpuasa?“.

Iblis menjawab, “Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka!”.

Rasulullah bertanya lagi, “Jika ia berhaji?”.

Iblis bergidik, “Arrghh, aku seperti orang gila!”.

Rasulullah bertanya lagi, “Jika ia membaca Al-Qur’an?“.

Iblis kembali bergidik, “Aku merasa meleleh laksana timah di atas api!”.

Rasulullah terus bertanya, “Jika ia bersedekah?”.

Iblis menjawab, “Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”.

Rasulullah menanggapi heran, “Lho, kenapa bisa begitu?!”.

Iblis menjawab, “Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya, yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab (tabir, red) antara dirinya dengan api neraka, dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.“.

Rasulullah berujar, “Begitu rupanya. Lalu apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”.

Iblis menjawab, “Suara kuda perang di jalan Allah!”.

Rasulullah bertanya, “Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”.

Iblis menjawab, “Taubat orang yang bertaubat!”.

Rasulullah masih terus bertanya, “Apa yang dapat membakar hatimu?”.

Iblis menjawab, “Istighfar di waktu siang dan malam!”.

Rasulullah bertanya, “Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”.

Iblis pun menjawab, “Sedekah yang diam-diam!”.

Rasulullah meneruskan, “Apa yang dapat menusuk matamu?”.

Iblis kembali menjawab, “Shalat Fajar!”.

Rasulullah masih bertanya, “Apa yang dapat memukul kepalamu?”.

Iblis menjawab, “Shalat berjamaah!”.

Rasulullah melanjutkan, “Apa yang mengganggumu?”.

Iblis menjawab, “Majelis para ulama!”.

Rasulullah coba mengganti pertanyaan, “Bagaimana cara makanmu?”.

Iblis tersenyum, “Dengan tangan kiri dan jariku!”.

Rasulullah melanjutkan, “Di manakah kau menaungi anak-anakmu pada musim panas?”.

Iblis kembali tersenyum, “Di bawah kuku manusia!”.

Manusia yang Menjadi Teman Iblis

Rasulullah bertanya, “Siapa sajakah yang kau anggap temanmu, wahai Iblis?”.

Iblis menjawab sambil tersenyum, “Pemakan riba!”.

Rasulullah melanjutkan, “Yang kau anggap sahabatmu?”.

Iblis terkekeh, “Pezina!“.

Rasulullah masih melanjutkan, “Siapa teman tidurmu?”.

Iblis menjawab, “Pemabuk!”.

Rasulullah meneruskan, “Tamumu?”.

Iblis menjawab, “Pencuri!”.

Rasulullah bertanya lagi, “Siapa utusanmu?”.

Iblis menjawab, “Tukang sihir!”.

Rasulullah melanjutkan, “Apa yang membuatmu gembira?“.

Iblis menjawab, “Bersumpah dengan cerai!”.

Rasulullah bertanya lagi, “Siapa yang menjadi kekasihmu?”.

Iblis pun tertawa, “Orang yang meninggalkan Shalat Jumat!”.

Rasulullah meneruskan, “Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”.

Iblis kembali tertawa, “Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja!”.

Iblis Tidak Berdaya Di Hadapan Orang yang Ikhlas

Mendengar semua itu, Rasulullah lalu bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umat-Ku dan menyengsarakanmu!”.

Iblis segera menimpali, “Tidak…! Tidak…! Tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana Kamu bisa berbahagia dengan umat-Mu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi Yang Menciptakanku dan Memberikanku Kesempatan Hingga Hari Akhir, aku akan menyesatkan mereka semua! Baik yang bodoh maupun yang pintar, baik yang bisa membaca maupun yang tidak bisa membaca, baik yang durjana maupun yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas!”.

Rasulullah terkejut lalu bertanya, “Siapa orang yang ikhlas menurutmu?!”.

Iblis menjawab, “Tidakkah Kamu tahu, wahai Muhammad? Bahwa barangsiapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika Kamu melihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, atau tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku pun akan meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan, hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, maka ia akan sangat patuh padaku!”.

Iblis Dibantu Oleh Milyaran Anaknya

Iblis berkata, “Tahukah Kamu, Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan!”.

“Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama, sebagian untuk mengganggu anak-anak muda, sebagian untuk menganggu orang-orang tua, sebagian untuk mengganggu wanita-wanita tua, dan sebagian anakku juga aku tugaskan kepada para zahid.”.

“Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia, sehingga ia tidur pada waktu shalat berjamaah. Tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.”.

“Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama, sehingga mereka tertidur dan akhirnya pahalanya terhapus.”.

“Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia. Jika seseorang melakukan kebajikan, lalu ia beberkan pada manusia lain, maka 99% pahalanya akan terhapus.”.

“Pada setiap wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”.

“Syaithan itu juga akan kusuruh berkata agar wanita tersebut mengeluarkan tangannya. Bila ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.”.

“Mereka, anak-anakku, selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya, untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.”.

“Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, tetapi tentu saja mereka tidak akan merasa!”, ujar Iblis terkekeh.

“Tahukah kamu, Muhammad? Pernah ada seorang alim yang telah beribadah kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya, hingga akhirnya ia berzina, membunuh, dan kufur.”, koar Iblis.

Cara Iblis Menggoda

Sambil menyeringai lebar, Iblis lalu melanjutkan perkataannya, “Tahukah Kamu, Muhammad, dusta berasal dari diriku?”.

“Akulah mahluk pertama yang berdusta!”, ujar Iblis bangga.

“Pendusta adalah sahabatku. Barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.”.

“Tahukah Kamu lagi, Muhammad?”.

“Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar-benar menasihatinya.”.

“Sumpah dusta adalah kegemaranku!”

“Ghibah (bergosip, red) dan namimah (adu domba, red) kesenanganku!”

“Kesaksian palsu kegembiraanku!”

“Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya, ia berada di pinggir dosa, walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barangsiapa membiasakan diri dengan kata cerai, istrinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat, jadi semua anak-anak zina, dan ia masuk neraka hinaya karena satu kalimat, CERAI!”.

“Wahai Muhammad, umat-Mu ada yang suka mengulur-ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya kalau waktu masih lama, kalau kamu masih sibuk, lalu ia menundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu. Maka, shalat itu dipukulkan ke mukanya!” (dalam siksa kubur, red)

“Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun, aku bisikkan ke telinganya agar melihat kiri dan kanannya, lalu ia pun menoleh. Pada saat itu, aku usap ia dengan tanganku dan kucium keningnya, serta aku katakan bahwa shalatnya tidak sah!”.

“Bukankah Kamu tahu, Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.”. (dalam siksa kubur, red)

“Jika ia shalat sendirian, aku suruh ia untuk bergegas. Ia pun shalat seperti ayam yang sedang mematuki beras.”. (terburu-buru, red)

“Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.”. (tidak sabaran, red)

“Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya, dan wajahnya akan diubah menjadi wajah keledai.”. (dalam siksa kubur, red)

“Jika ia berhasil mengalahkanku lagi, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.”.

“Dan ia pun semakin taat padaku!”, Iblis kembali tersenyum pongah.

“Kebahagiaan apa untuk-Mu? Sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. Aku katakan pada mereka bahwa mereka tidak wajib shalat. Shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. Orang sakit dan susah tidak. Jika kehidupan mereka telah berubah, maka barulah shalat!”.

“Ia pun akhirnya mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat, maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.”, ujar Iblis sambil terkekeh.

“Wahai Muhammad, jika saat ini aku berdusta, maka Allah akan menjadikanku debu!”.

“Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umat-Mu? Padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?“, kali ini Iblis terbahak-bahak.

10 Permintaan Iblis Kepada Allah S.W.T

Rasulullah menggelengkan kepala mendengar penuturan Iblis, lalu Ia pun bertanya, “Berapa yang kau minta dari Allah?”.

Iblis membuka jarinya, “Sepuluh macam!”.

Rasulullah melanjutkan, “Apa saja?”.

Iblis menjawab, “Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia. Allah mengizinkan. Allah berfirman, “Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak, dan janjikanlah mereka. Tidaklah janji setan kecuali tipuan.”. (Q.S. Al-Isra : 64, red)

“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba. Aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan atas nama Allah.”, lanjut Iblis.

“Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung pada Allah. Maka syaithan ikut bersamanya, dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.”.

“Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.”.

“Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.”.

“Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.”.

“Aku minta agar Allah menjadikan syair (lagu, red) sebagai Qur’anku.”.

“Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.”.

“Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang berfoya-foya akan hartanya, terlebih untuk maksiat, sebagai saudaraku.”.

“Bukankah Allah berfirman, “Orang-orang boros adalah saudara-saudara syaithan.”, lanjut Iblis. (Q.S. Al-Isra : 27, red)

“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.”. (agar Iblis lebih leluasa dalam menggoda, red)

“Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.”. (lewat apa yang dimakan oleh umat Muhammad, red)

“Dan Allah pun mempersilakan. Aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat. Sebagian besar manusia akan bersamaku di neraka pada hari kiamat.”, yakin Iblis.

Iblis kembali melanjutkan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah tak mengijinkanku untuk bisa menyesatkan orang sedikitpun. Aku hanya bisa membisiki dan menggodai mereka hingga mereka menyesatkan diri mereka sendiri.”.

“Jika aku bisa menyesatkan, maka tak akan tersisa seorang pun!!!”, kecam Iblis.

“Sebagaimana diri-Mu, Muhammad! Kamu pun tidak bisa memberi hidayah sedikitpun. Kamu hanya Rasul yang menyampaikan amanah Allah! Jika Kamu bisa memberi hidayah, maka tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Bukankah begitu, Muhammad?”, tantang Iblis.

“Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara!!!”, sergah Rasulullah.

“Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Sedangkan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”.

Rasulullah lalu membaca ayat, “Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah S.W.T.”. (Q.S. Hud : 118-119, red)

Rasulullah juga membaca, “Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku.”. (Q.S. Al-Ahzab : 38, red)

Iblis lalu menanggapi, “Wahai Rasul Allah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para Nabi dan Rasul, pemimpin penduduk surga. Dan yang telah menjadikan aku pemimpin makhluk-makhluk celaka, pemimpin penduduk neraka. Aku si celaka yang terusir!”.

“Ini akhir yang ingin aku sampaikan kepada-Mu. Ketahuilah, kali ini aku tak berbohong!“, gerutu Iblis sambil berlalu dari hadapan Rasulullah.

Wejangan Mas Cipti

Menurut wejangan mas Cipti yg berasal dari tanah laskar pelangi, komputer ngadat bin rewel biasanya gara2 kebanyakan diisi hal-hal mesum. Benarkah? hmmm... bebarapa hari lalu aq emang dapet gambar2 seronok dari folder2 warnet. Gile man mpe 400 MB gambar seronoknya, ente bayangin sendri dah kira2 ada berapa ribu gambar di dalamnya uwiiiih mpe bosen liatnya.

Hari berganti hari si item sehat2 aja seperti biasa... so q anggap wejangan mas Cipti tu ga berlaku buat si item. Program2 bajakan dan free masih berjalan seperti sedia kala. Kemudian sampailah hari dimana tepatnya 2 hari yang lalu si item batuk2 mulai gampang nge-hang. Dan yang paling parah adalah CD-RW si item ga mau baca Celana Dalem (CD) khusus buat komputer parahnya lagi DVD-ROM merek ASUSu yang melekat setia pada si item juga ikut2an ga mau kedetect kyaaaaa semakin pilu hatiku melihat kondisi si item. Udah ngehang, CD-RW ngadat, plus DVD-ROM nya hidden... parah bener2 parah.

Akhirnya aq baru yakin klo si Item ngerti klo tindakan mesum itu ga baek buat kesehatan komputer dan mental si pemakai, jadilah dia ngadat bwt ngingetin aq klo aq dah melenceng dari jalur yang benar. Hufffff thanks ya item dah mau ngadat aq jadi inget hal esensi ttg idup. Aq jadi inget tausiyah yg tak denger di suatu sore di radio, klo benda hidup atao mati di sekitar kita tidak berlaku sebagaimana mestinya pasti ada maksiat atau kelalaian terhadap perintah agama yg telah kita lakukan dan butuh segara diperbaiki.

Coba ente inget2 kira2 kesialan apa atau hambatan apa yang ente alamin beberapa hari ini dan kira2 ada maksiat apa yang ente lakuin. Klo ente seinget ente ga ada maksiat yg ente lakuin tapi tetep aja ada masalah ya anggap aja itu ujian dari Alloh bwt ningkatin kadar keimanan n ketaqwaan ente. Tapi klo ente tetep maksiat tapi ga ada yang terjadi aq ga ngerti kira2 ada apa n apa yang akan terjadi selanjutnya.

Buat si item maksih berat yaaaa aq jadi inget tugas utamaq sbg mahasiswa semester akhir buat nyelesaiin tugas akhir n belajar tentang hidup dan kehidupan, trus cepet2 kerja biar bisa cari adik baru buat km biar km bisa segera pensiun atau berubah jadi bentuk lain yang lebih berguna. Jangan ngadat lagi ya? klo aq mulai aneh2 lagi km jangan capek2 buat nggetin aq ato ngambek total.

Aduh ngeri juga aq nulis ini, terus terang ae masih bejibun kemaksiatan dan kelalaian yang aq lakuin tapi paling engga ini bisa jadi peringatan buat diriku sendiri n sebagai tali pengekang diriku klo aq ga terkontrol. Trus selanjutnya apa yang sebaiknya qt lakuin? ya itu tadi belajar trus diamalkan. Jangan cuman jadi sekedar bahan bacaan. Wal'affu minkum. Wassalamu'alaikum WR. WB.

akhirnya blogspot juga!!!

Akhirnya pake blogspot juga saya. Setelah melanglang buana mencari provider blog gratisan yang asoy geboy. Mulai dari wordpress.COM, Wordpress.ORG, Blogdirve, blogdetik, blognya FS, Blogspot. Semuanya punya kelebihan dan kekurangan.

Beberapa hari kemaren liat2 desain kaos AKFG yang akan saya pesen dari seorang temen di http://roninheart.blogspot.com. Timbullah nafsu untuk bikin blog lagi. Emang beberapa tahun lalu saya pernah bikin blog di blogspot. Tapi karena pas sibuk waktu itu dan lebih menggilai FS ya jadilah blog itu terbengkalai saya juga lupa nama blognya apaan.

Akhirnya kemaren sekitar tanggal 20 Januari 2009 saya bikin blog di blogspot. Kenapa saya milih blogspot karena theme-nya bisa diedit via-HTML so it will give us freedom to design our blog presentation. Trus akses buka blognya lumayan cepet krna pas nyoba buka blogku di warnet yang lelet, blogq cepet juga loadingnya, voila!!! Awal-awalnya si saya bingung sama dasbor-nya blogspot, dasar gaptek.

Esoknya tanggal 23 Januari 2009 dengan hidung yang terus menjadi sumber lendir, dengan biadabnya saya ngeupload theme langit. Dan setelah di-preview wow keren juga yach. He he he pada dasarnya saya lebih menghargai esensi atau isi sesuatu daripada tampilan luar. Tapi karena blog itu berjenis feminim so blog harus tampil menarik walo isi gak berkualitas. Berhubung ini blog pribadi, jadi suka-suka saya dong mau tampilan blog kaya' apa n isinya apaan, ya kan? (hw ah aha haha ha ant jahat dan otoriter mulai keluar) Yang penting bisa dipertanggungjawabkan.

Karena themenya belum sempurna jadi perlu diedit ulang. Oke setelah berjibaku dengan skrip HTML di blogspot tampilan blogku jadi juga. Tapi parahnya adalah pastingannya ga bisa diliat dan ga bisa dikasih komentar. Nah lho, lha kalo postingan dan komentarnya ga bisa diliat ngapain saya bikin blog? mending saya jualan nasi rawon di pasar dinoyo cuy mhe he he he. Hiks2 hampir patah semangatku bikin blog di blogspot. Tapi entah kenapa kok tiba2 saya menggila untuk otak-atik settingan dari blogspot dan akhirnya kelar juga blog ini. Dan alhamdulillah ketemu juga kenapa kok kaya' gitu perilaku blogku tadi. Dan tak terasa saya telah berjibaku dengan blogspot selama 4 jam wuihhhh gileee disertai lendir yang terus-menerus mengalir tiada henti.

Pas di rumah timbul niat busuk untuk mengganti header dan side header default dari theme blog saya. Karena saya gak ngerti blas dengan yang namanya programing ya agak muskil klo saya ngedesain theme pake skrip. Jadilah saya cuman bisa ngedit gambarnya ajah. Pagi2 tanggal 24 januari akhirnya selesai juga uplot haeder dan side header theme yang lebih personal. Jadilah tampilan blog ini seperti yang anda lihat. Alhamdulillah.

Sebenarnya, pertengahan 2008 saya mulai belajar pake wordpress.ORG setelah mengetahui klo adanya domain dan webhosting gratisan (namanya juga manusia, klo ada yang gratisan ngapain harus bayar? hw hw hw hw wha ha dasar pelit). Woow dengan semangatnya saya begadang bikinnya. Cari nama domain yang keren plus theme WP yang oke punya. Dan klo ntu blog blum digusur sama yang punya server dapat dikunjungi di http://twelveants.co.cc. Tapi entah kenapa saya lupa username dan password buat login ke web-hostingnya waduuuh parah deh. Lagian ntu blog berkecepatan siput loadingnya dan ga bisa diakses dari kampus, mampus.Yah dengan terpakasa meninggalkan .co.cc karena sebab2 di atas.

Beberapa waktu kemudian saya beralih ke blog-nya FS, ya walo mendapat tanggapan komentar dari beberapa temen (keliatan klo ngarep dapat komentar :-D), tapi akhir2 ini FS jarang saya masukin apa pasal? karena saya lupa password FS saya LOL. Yaa ngerti si klo dapat di-resend passwordnya via e-mail. Akhirnya blog-FSq terbengkalai. Selain itu saya mulai naksir facebook yang minimalis tapi eyecathcing. Selain itu fitur blog FS yang pake Wordpress ternyata terbatas banget gak seperti fitur wordpress yang asli. Lagian beberapa bulan terakhir FS melambat dan ga aman.

Pas pake facebook ada niatan bikin blog di tab Notes-nya. Tapi masalahnya adalah penghuni dunia maya yang ga punya account facebook ga bisa mengakses notes itu. Ya jadilah facebook ta manfaatin sebagai ajang silaturrahmi di dunia maya. Just say hay to friends n my familiy plus write sumthin' on their wall.

Pekerjaan selanjutnya dalam per-blog-an adalah memposting tulisan2 saya maupun tulisan orang lain yang inspiring yang ngendon di "si item" trus mencari penyebab apa saja yang dapat membuat saya eksis dan semangat ngeblog. Pada dasarnya blog adalah tulis menulis dan para sahabat Nabi Muhammad SAW dulu kan juga sudah mulai menulis wahyu yang diturunkan kepada beliau. Jadi apa salahnya klo saya meneruskan tradisi mereka dalam era digital IT ini. Membagikan hikmah yang saya dapat.

Sebagai ending, alamat blog ini berkonotasi negatif ya? Mhe he he tapi setelah merenung sejenak kok rasanya nama alamat ini bisa juga dimaknai lain. Apa itu? semoga jatah umur saya masih ada buat menuliskan apa itu. Sekian wassalam.

Malang, 24 Januari 2009. 11:05 WIB

Kamis, 22 Januari 2009

Puasa dan Sarjana Kuliner

Dalam hidup ini segala keilmuan entah ilmu lahir ataupun batin, eksak atau non eksak, ilmu logis maupun spiritual akhirnya hanya mengerucut pada dua pola kesarjanaan.

Pertama, yang diharapkan oleh Allah adalah sarjana kekhalifahan. Kedua, segala sesuatu kepakaran yang ujungnya hanya sekedar pemenuhan kebutuhan perut alias sarjana kuliner.

Kedua pola kesarjanaan ini terjadi karena ada tawar menawar antara nalar dan niat. Sarjana kuliner diwakili oleh nalar. Sarjana kekhalifahan diwakili oleh niat.

Nalar ada di kepala, niat ada di dada. Nalar adalah pencarian. Niat adalah ketetapan hati. Proses tawar menawar ini sangat ribut sekali melebihi keributan lantai bursa ataupun lelang pasar ikan.

Nalar tanpa niat bagaikan orang yang jago berpetualang tapi tak punya rumah berteduh. Selalu bingung mau dikemanakan simpanan nalar yang begitu banyak. Begitu juga niat tanpa dijalankan dengan nalar akan membuat seseorang terlihat ganteng tapi pakai kacamata kuda. Sedikit lucu dan suka menabrak orang lain

Intinya kedua hal ini sebenarnya sederhana, siapa yang harus unggul mengendalikan tanpa menafikan salah satu unsur. Bila yang unggul niat, lapanglah dada kita. Bila yang unggul nalar, ya siap –siap saja ketombean dan merasakan kepala yang berkabut. Gamang sampai akhir hayat.

*

Kalau diri kita tidak memiliki kemampuan identifikasi perbedaan antara nalar dengan niat, bisa cilakak tigabelas…Karena di dalamnya banyak sekali syubhat – syubhat ruhani yang sangat halus dan samar. Kayaknya niat, padahal nalar. Dan sebaliknya.

Contoh kecil dalam urusan dakwah, bisa jadi sesuatu yang semula sifatnya niat tulus merasa berkewajiban, tiba - tiba secara halus membuai berubah menjadi nalar merasa berhak. Dulunya hanya berkewajiban menyampaikan yang haq, sekarang merasa berhak mendapat imbalan atas hukum wajib yang telah ditularkan.

Hal ini tak lain karena orang yang sudah mendapat enlight pencerahan pun belum tentu bisa teguh memegang amanah kekhalifahan. Sebab setiap pencerahan juga akan dibarengi terbukanya syaraf nalar yang luar biasa.

Padahal semua itu masih wilayah zhon atawa persangkaan. Dan postulat persangkaan ini dilembagakan secara mendasar menjadi yang kita sebut nalar.

Di wilayah ini Allah menuruti seratus persen manusia. Aku sesuai persangkaan hambaKU. Ketika seseorang beriman dan bermain di wilayah ini, maka yang berlaku adalah iradah atau kehendak dan keinginan-keinginan manusia. Bahasa modernnya Law Of Attraction.

Dan apapun pasti terpenuhi wong bumi ini seratus persen untuk manusia. Pek-pek en kabeh Rek ! aku gak arep….tapi lek koen gak arep karo Aku yo goleko dunyo liyo. Allah begitu dahsyat menantang diri kita.

Ambil semua…tapi kalau kamu tak mau kembali kepadaKU Sang Pemilik, cari jagad lain selain milikKU. Waduh ! nyari kemana ya kira –kira …?

Sebenarnya untuk mengetahui parameter mana dominasi nalar mana dominasi niat itu mudah. Namun saking mudahnya, parameter itu akhirnya juga gampang dibelokkan karena dahsyatnya nalar.

Bila akhirnya segala sesuatu itu mengerucut pada kemakmuran diri sendiri atau paling besar kelompok, maka itu adalah syahwat nalar kuliner. Kalau sesuatu itu mengarah kayak lagu hymne guru alias pahlawan tanpa tanda jasa, maka itu adalah keridhaan kekhalifahan.

Untuk mempertajam deteksi dua hal ini, diperluka metode puasa. Metode dimana orang dilatih untuk tidak menuruti kepentingan diri dalam jangka waktu tertentu. Sampai ultimate goalnya seseorang menjadi abdullah total. Dalam hidupnya sampai akhir hayat seratus persen nggak ada ambisi pribadi.

Ketika orang lapar biasanya angan-angannya akan berkurang.Dari angan-angan ingin menguasai negara, majelis, ribuan hektar tanah, bisnis dan sejenisnya tiba –tiba luruh mengecil hanya ingin menguasai meja makan saat buka puasa.

Tapi ini juga tidak dibenarkan karena sebenarnya inti puasa adalah menghilangkan angan-angan dan kehendak kepentingan pribadi guna mengasah jiwa kekhalifahan sampai pada tingkat paling ideal, Rasulullah.

Benar kata Rasul bahwa setan menguasai jalan darah dan hanya bisa ditundukkan dengan puasa. Permainan darah inilah pada puncaknya akan memunculkan pengulangan tragedi Qabil dan Habil. Sebuah permainan nalar dan niat yang disindirkan Allah dalam Quran melalui cerita persembahan makanan.

Yup, kata kuncinya memang pengendalian makanan dan darah. Sebuah komposisi yang menentukan ke arah mana perjalanan seorang anak manusia.

Sedihnya banyak manusia menyerah terhenti menganggap bahwa dirinya hanyalah sebatas mahluk biologi layaknya seperti sapi, ayam kecoak dan kawan-kawan yang menjadikan makanan sebagai faktor ahad.

Dan pembenarannya bukan hal main –main karena rabaan iptek dan tafsir kitab suci dilibatkan untuk mendukung urusan kuliner ini.

Padahal moment puasa itu sangat jelas, untuk meraih hari kemenangan. Analogi kebalikannya berarti orang yang malas berpuasa alias suka makan, pasti hidupnya sering kalah. Entah kalah dari segi persoalan hidup sehari-hari sampai kalah tak punya daya tawar terhadapan peradaban yang sangat membius ini

***

Nasihat Cina kuno mengajarkan, kalau lagi bisnis, ajak makan dulu partnermu…pasti dia akan tunduk dengan kekuatan argumen lobimu.

Misterinya sih mudah saja, ketika perut kenyang, semua energi baik yang sifatnya ghaib sampai yag wujud seperti tekanan darah beserta syarafnya mengalir terfokus ke perut. Sehingga jatah oksigen yang otak akan berkurang. Ketika itu dengan mudah lawan bicara akan memasukkan afirmasi –afirmasi ke dalam otaknya yang lagi nglamun.

Sudah jamak bahwa kebutuhan kemakmuran perut ini akan merubah cara pandang seseorang. Misalnya orang yang hidup di Amerika pasti akan membenarkan segala sesuatu konsep kapitalis. Sebab tanpa memakai nalar itu itu, orang Amerika akan mengalami blank spot cara mencari sandang pangan papan.

Satu lagi contoh ekstrim ya kayak koruptor. Dalam jagad otaknya hanya ada satu kesimpulan paten yang menyatakan, kalau nggak korupsi nggak bakalan kaya. Segala daya nalar dan kelakuannya pun mengerucut pada asumsi dasar itu. Padahal ternyata di luar sana buanyaak sekali orang yang bekerja secara halal dan bisa sangat kaya.

Kalau orang pongah dalam seminar –seminar finansial biasanya selalu mengatakan, sekarang karena belum melek finansial, patern otak anda pasti masih “ besok makan apa. Tapi setelah ikut seminar ini, pasti akan berubah patern menjadi besok makan dimana sampai tahap besok makan siapa. Namuni intinya semua itu tetap saja yaitu nalar yang kekurangan. Nalarnya sarjana kuliner.

Sedangkan dalam konsep puasa kita ditawari kemuliaan sarjana kekhalifahan. Nalar legowo, nalar keluasan, nalar serba cukup. Dalam puasa pada titik puncaknya kita diajari “ Besok memberi makan siapa “ .

Puasa ditutup dengan kekhalifahan ajaran zakat. Ajaran berbagi karena telah mencapai kesadaran bahwa kita ini hidup lebih dari cukup atas segala Karunia Allah. Apapun dan bagaimanapun keadaan kita.

Inilah sebuah niat peneguhan syukur yang merontokkan nalar kekurangan.

**

Seorang sarjana kekhalifahan adalah karyawan Allah. Maksudnya ia hanyalah seorang yang berkarya karena ingin bersyukur kepada Allah atas kelengkapan karunia sempurna yang telah diberikan. Tak peduli pada saat berkarya ia tercemoohkan secara mata manusia

Ia bagaikan nabi kedua, Nuh yang membangun “ kapal gila “ setelah nabi pertama, Adam yang sempurna mempelajari kamus iqra dunia. Belajar lalu berkarya !

Orang – orang semacam inilah yang membawa perubahan dunia. Contoh termudah adalah revolusi industri Perancis dan revolusi digital Bill Gates atau pun larry serge nya Google. James Watt, thomas A Edisson , Serge dan Bill gates bukanlah orang menara gading pemikiran yang hanya berkutat pada kemulukan teori dan dunia seminar.

Bahkan ada guyonan rumah tangga Einstein. Suatu saat istrinya jengkel besar karena Einstein tiap hari siang malam tanpa henti bikin percobaan yang nggak jelas di laboratoriumnya. Sudah…sudah pa…mbok istirahat dulu…Wis, pokoknya papa harus istirahat. Santai…! hari ini nggak boleh kerja ! awas kalau tetap kerja nanti malam nggak tak kasih jatah !

“ Baiklah isitriku, saya akan refresing deh…�. Sang istri rupanya senang juga omongannya dituruti. Tak lama kemudia Einstein berkemas sambil membawa beberapa perbekalan.

“ Istriku, aku refreshing ke rumah teman dulu ya cari suasana lain…�

"Iya pa…eit…tapi tunggu ! kok itu bawa perkakas laboratorium ?"

“ Iya ma, siapa tahu nanti di laboratorium teman ada hal baru yang tak dapat kutemukan di sini….

Istri “ $)(^$^#$#>>>%%>>>…�

Hidup keseharian mereka adalah bengkel, eksperimen dan kerja. Mereka adalah orang – orang yang Ummi ( tak peduli) terhadap derajat formal ilmu pengetahuan universitas. Karena bagi mereka kampus universitas adalah dimana bumi dipijak, disitulah ia harus berkarya dan beramal secara universal yang bisa dinikmati sebanyak mungkin manusia.

Dan sejarah kepahitan mereka sama, ketika belum jadi apa-apa, mereka dianggap gila, ideot dan nggak mutu.

Mereka – mereka adalah prototype model kesarjanaan kekhalifahan Islam walaupun secara teologi dan doktrin, kita tak pernah tahu apa sesungguhnya agama mereka.

Bisa dikatakan ilmu yang kelihatan urusan dunia seperti matematika, fisika, akutansi, mechanical dan sejenisnya malah lebih agamis bila pelaku mendharma bhaktikan seluruh peluh keringatnya untuk kemakmuran Islam.

Sebaliknya ilmu yang kelihatan sangat agamis, religius dan pengalaman spiritual sekalipun bisa ter downgrade kan hanya menjadi urusan batas dunia saja bila pelaku akhirnya hanya terbelit urusan pamrih dunia beserta imbalannya.

Benar juga ada pepatah yang mengatakan: “witing trisno jalaran soko kuli…ner �

Mengerjakan sesuatu dengan giat hanya karena ada imbalan kemakmuran perut…….

Kalau memang ini tujuan kita, ya nggak perlu puasa. Toh jauh –jauh hari diam-diam kita sudah berhasrat mentahbiskan diri menjadi sarjana kuliner.

Bolehlah cita –cita bermacam – macam. Entah itu jadi dokter, ilmuwan, pengacara, musisi, tehnokrat bahkan rohaniawan. Tapi yang penting tujuan utama harus makmur perut dan beken…

Tujuan pengabdian ? ahh…masih adakah …?

Hmmm… mokel ruhani ini kok lebih nikmat dan bergengsi ya….

Wassalam, Semoga amal puasa kita barokah dalam hidup

Dody Ide

Bekas Sujud dan Kurs Kebahagiaan

Dulu, setelah masa ABG saya habiskan dengan kenakalan yang lumayan luar
biasa, tiba-tiba secara sunatullah habislah gelap terbitlah terang. Diri ini
digerakkan Allah untuk sholat tobat. Tapi saking semangatnya, setiap kali
sholat, sujudnya sangat menekan ke lantai sebagai pertanda kapok yang luar
biasa. Apalagi didukung salah satu ayat Quran yang menyatakan tanda-tanda muka
orang beriman tampak dari bekas sujud.

Saya mengartikan ayat itu dengan keriya'an tak disadari. Seakan-akan ingin
menunjukkan kepada setiap teman atau saudara, "Ini lho tanda hitam di dahiku
bekas sujud. Aku sudah kapok". Tak terasa pula diri ini mulai membandingkan
jidat sendiri dengan jidat sekitar sambil melengos sinis kepada jidat yang
kurang hitam. Secepat itu diri ini lupa asal bahwa kemarin baru saja
bertahun-tahun hidup ngawur.

Ehh... berbulan-bulan terbawa perasaan seperti itu, tiba -tiba ada suatu
peristiwa yang menohok keriya'an itu. Seorang teman bercerita, sebentar lagi
teman-teman dari Hadramaut Yaman akan datang. Dia ngajak orang sana. Kalau kamu
tahu, kulitnya itu hitam legam melebihi negro Amerika. Pokoknya persis seperti
Hajar Aswad lah...

Dheg ! Diri ini serasa lunglai sambil berfikir, "Lha iya ya, bagaimana kita
bisa mengenali bekas hitam sujudnya ? Lha wong mereka dalam ukuran kulit sudah
sangat hitam. Lha kan persis kayak mencari semut hitam berdiri diatas batu hitam
di kegelapan malam, dalam gua lagi ! Kalau begini Allah nggak adil dong !
Jangan-jangan yang paling tampak sholeh nanti orang bule dan Jepang. Sebab
antara kulit dan bekas sujud akan mudah terlihat kontras. Lagipula kulit mereka
lebih tipis dan mudah iritasi karena gesekan".

Ah, betapa bodohnya si ABG ini menyamakan Quran dengan bacaan komik. Akhirnya
saya tersadar, dulu senengnya sholat pakai sajadah kakek yang tipis dan aus agar
cepat mengikis jidat, kemudian berubah ganti merengek minta oleh-oleh sajadah
tebal nan lembut dari Makkah. Supaya wajah tetep mulus kayak bintang sinetron.

*

Bekas sujud sesungguhnya adalah kepakaran diri dalam berendah hati kepada
manusia. Dahi menempel ke tanah adalah sebuah pesan bahwa konsep isi kepala
haruslah tertransfer bermanfaat memanusiakan manusia dan membumi. Karena bumi
alias tanah adalah unsur dari terciptanya manusia. Tempat kita semua berpijak.

Hal ini iblis tidak bisa mengerjakan. Ada yang bilang iblis tidak bisa karena
demi menjaga ketauhidan murni sehingga hanya mau sujud kepada Allah. Tapi iblis
lupa kalau Allah telah memfirmankan bahwa di dalam manusia Kutiup sebagian Ruh
Ku.

Dengan kata lain menghargai sesama manusia sama saja dengan mensujudiKu.
Sialnya, wujud rupa manusia adalah hijab tertinggi. Tapi bagaimanapun kita harus
belajar tak menghiraukan bentuk wajah agar diri ini mampu bersujud dengan benar
dalam memandang wajah Allah.

Tapi ya memang itu beratnya. Terkadang maunya beimajinasi ketemu guru ngaji
yang berwibawa dan lemah lembut, ehh...ndhak tahunya yang ditemui kok hanya
orang gembel gondrong crongohan dan agak bau. Padahal siapa tahu beliau
sebenarnya adalah Khidhr yang lagi nyamar meng-intel-i jejeg nya ketauhidan
kita.Terkadang pula maunya ditamui orang baik-baik yang bawa rejeki, eehhh ndhak
tahunya yang datang malah preman sempoyongan sambil pinjam uang plus minta
doa...

Bila kita tak bisa ikhlas memaknai sujud, hidup akan terombang-ambing seperti
arwah iblis gentayangan. Membumi tidak, melangit tidak. Kebingungan di tengah
kedalaman sujud. Diri ini masih belum bisa terima bahwa sujud itu adalah merawat
manusia. Sehingga akhirnya sang jiwa tak mampu bersemayam kekal di langit ke
tujuh.

Kita belum terpahamkan bahwa konsekuensi sujud adalah rakaat salam, yang
berarti menjamin keselamatan sekitar, dus menjadi pengingat akan asal muasal
nilai ajaran Islam yang tak mengenal pengurungan diri alias kerabian..
Fungsi sujud menghargai manusia tak lain untuk mengikis kesombongan diri
sampai enthek ngamek. Sebab sebji zarah kesombongan sudah jadi penghalang utama
seseorang masuk surga. Yah...tempat dimana tak ada lagi amarah, hujat menghujat,
tantang menantang, tonjok menonjok, makan memakan dan bakar membakar seperti
keadaan neraka. Duhai surga dambaan mukhlisin....
Jadi tak perlu heran banyak orang sering bersujud tetapi malah suka
marah-marah. Makin sering sujud makin mudah tersinggung. Maklumi saja bahwa mas
Fulan belum mengetahui tehnik mentransfer isi kepalanya yang penuh itu ke bumi
tempat ia berpijak. Temani saja, sebab ia hanyalah orang kesepian yang ingin
cari perhatian dan teman pengikut atas kebingungan posisi diri. Hiburlah, sujudi
kakinya, pegang kakinya, lalu panggul. Biarkan ia berteriak girang sembari
mengangkangi kepalamu dengan kakinya. Nikmati saja. Lonjak-lonjak menari-nari
lah seperti reog agar yang terpanggul gembira hatinya.

Itulah ikhlas, mengerjakan sesuatu bukan untuk perolehan diri sendiri. Sikap
yang terlihat memosisikan harga diri rendah ternyata membuahkan kegembiraan
manusia lain. Inilah sujud. Kebahagian kita pun jadi naik peringkat dari
kebahagiaan berkelas anak-anak yang hanya egosentris berubah menjadi kebahagiaan
orang tua. Biarkan aku yang susah dan kemproh nak, asal engkau bahagia....
Bahkan suatu saat kita harus mengejar kelas kebahagiaan yang lebih tinggi.
Kebahagiaan seluruh manusia kemudian berlanjut kebahagiaan semesta.
Kebahagiaaan kelas udara. Menghidupi tapi tak dilihat keberadaannya. Rahmatan
lil alamien.

**

Memang, banyak model kebahagiaan yang tidak mudah kita pahami. Karena dalam
berbagai hal, kita sudah terbiasa mengukur kebahagiaan dengan cara pandang
kuantitas formal. Kualitas esensi nonformal tak pernah kita seriusi dan kita
potret secara cermat.

Seharusnya dalam memahami kegembiraan, kita bisa mencontoh permainan ekonomi
modern seperti valas. Dalam dunia valas, broker tidak lagi melihat angka mata
uang tetapi lebih memilih nilai tukar. Mereka menawar mahluk yang bernama kurs.

Seandainya memilih, bila kita sadar bahwa US$ 1 = Rp 9.000,- , Manakah yang
kita pilih antara US$ 100 dengan Rp 100.000,- ? Banyaknya deretan angka ataukah
nilai mata uangnya ? Hal ini persis seperti pilihan kita membeli tiket
kebahagiaan. Allah terkadang memberi kita tiket jalan tol kebahagiaan, tapi kita
lebih memilih jalan umum walaupun macet. Alasannya sederhana, bisa lihat
macam-macam, bisa mampir sana-sini. Banyak pengalaman dan oleh-oleh. Otomatis
banyak bahan buat nggedhabrus.

Seringkali kita diberikan kebahagian oleh Allah dengan cara yang sangat by
pass sederhana bahkan terkadang tanpa perantara apapun. Lhesss...tiba-tiba tanpa
sebab akibat apapun, otak, hati dan tubuh jadi rileks semilir. Byar ! Semua
terasa gamblang padhang, ikhlas. Namun yang bikin suasana itu cepat hilang
karena kita tak pernah mengakuinya sebagai anugerah kebahagiaan yang dahsyat.

Kita terbiasa terdoktrin bahwa yang namanya bahagia itu harus melalui proses
makan enak dulu, kalau sudah bisa beli baju bagus, punya mobil keren, dapat
pujian kejeniusan dan sejenisnya. Padahal makanan enak, baju bagus, ataupun
kecerdasan hanyalah trigger atau perantara penyampai menuju cita-cita bahagia.
Ia hanyalah sekedar stimuli zat bahagia dalam tubuh.

Kalau kita jujur, bukankah kita semua ingin secepatnya hidup bahagia, apapun
caranya ? Bahkan jalan haram pun kita oyi saja. Tapi anehnya, kalau Allah
langsung kasih cara bahagia kontan, kita malah susah, bingung dan nggak percaya.

Jadi kalau kebahagiaan itu langsung di ilhamkan oleh Allah kepada diri kita
secara kontan tanpa perantara apapun, ngapain malah masih bingung mempertahankan
perangkat pencapai kebahagiaan itu ? Akhirnya makin banyak perangkat itu, makin
sulit lah diri kita merumuskan bentuk mahluk yang bernama bahagia ini.

Wong namanya makin sulit merumuskan, ya jelas otomatis hidup ini makin kayak
Mr. Sumit, susah dan rumit. Tapi ya santai aja, ndhak perlu kebakaran jenggot,
nikmati saja kesusahan-kesusahan itu. Toh kita sudah dengan rela hati berjibaku
mempertahankannya.
***

Peralatan kebahagiaaan itu persis seperti tongkat krug bagi orang yang punya
masalah kaki. Semakin banyak bantuan peralatan, menandakan semakin lemahlah
kedirian kita berjalan menapaki kebahagiaan. Tapi anehnya setiap hari dari pagi
sampai kelelawar keluar sarang, kita ini memeras keringat hanya untuk mengoleksi
berbagai peralatan perantara kebahagiaan ini. Berjuang untuk melemahkan diri
sendiri.

Bila saja kita sampai pada tahap ketergantungan menuhankan peralatan perantara
ini, maka siap-siap saja kalau Allah melengos kepada diri kita. Allah akan
mencabut kebahagiaan itu dari diri kita. Saya dan anda pasti pernah merasakan.
Merasa bisa terhadap segala sesuatu tapi tak bisa merasakan ekstase kegembiraan
atas segala perolehannya. Memiliki berbagai wasilah kebahagiaan namun tak
kunjung ketemu Pak Bahagia. Maybe, beliau lagi pulang ke desa kali ya....?

Makin lama kita seperti kecanduan narkoba. Porsinya makin banyak tapi efeknya
makin berkurang. Bila telat sedikit, sakit luar dalam luar biasa. Pil dan bubuk
haramnya tak pernah kita konsumsi, namun sifat barang itu kita install secara
berjamaah, setiap hari, bertahun-tahun dengan daya jihad luar biasa. Kita pun
tak mampu punya ilmu daya tawar sezarah pun di hadapannya.

Tanda-tanda kita terkena pengeringan celupan Allah, biasanya ada
ketidaksinkronan antara yang kita kuasai dengan sifatnya. Yang kaya jadi pelit
takut tekor. Padahal makna kaya adalah kemampuan memberi tanpa khawatir
kehabisan.Yang pandai jadi apriori mudah salah sangka dan menghujat orang.
Padahal hakikat pandai adalah kepakaran menyerap apa saja untuk dijadikan
kelapangan hidup. Mewujud menjadi manusia universal yang mampu mewadahi orang
terbelakang sekalipun. Yang merasa punya ilmu ma'rifat mudah tersinggung tak
kuat hati melihat orang yang lebih maju spiritualnya. Padahal hakikat mar'ifat
adalah orang yang sudah kosong fana tak memiliki apa-apa. Tak ada kehendak
pribadi. Di apa-apain ya nggak apa-apa lha wong sudah nggak ada apa-apa. Apanya
yang mau di apa-apain ?

Semua ketidaksinkronan itu karena terlalu kuat rasa memiliki perangkat
kebahagiaan. Sesuatu yang dipinjamkan oleh Allah diaku menjadi milik pribadi.
Persis seperti kalau kita kelamaan pinjam barang teman. Seakan-akan barang itu
sudah berhak kita miliki. Sampai-sampai yang punya barang malah sungkan
mengambil. Lha ini kan masalahnya bukan sesama teman, melainkan akhlak simpan
pinjam kepada Tuhan.

Tapi ya sudahlah, nggak perlu diseriusi. Dunia ini laibun wa lahwun. Saya
sendiri paling ya belum tentu bisa. Lha wong saya je ! ....jelas gak iso...yang
bisa hanya kehendak Allah thok.

Sedikit metuwek, Ketika moment kebahagiaan tanpa perantara ini datang, mbok
sekali-kali jangan menampik atau menawar. Cepat pegang era-erat dan nikmati.
Sungguh, jangan ditawar-tawar. Mosok Allah di tawar rek ! Wong kita belanja ke
supermarket saja nggak berani nawar. Aneh ya... sistem Allah kita tawar,
sedangkan dihadapan sistem kapitalis kita malah sami'na wa ata'na.

Ya Allah, mbok benahi pola pikir kami yang pathing krunthel nggak karu-karuan
ini....

****

Beberapa minggu lalu, entah karena kesalahan manajemen kerja atau apa, singkat
kata akhirnya saya harus menerima konsekuensi takdir tanpa bisa ditawar lagi.
Bahwa salah satu rejeki yang bernama uang itu dalam beberapa hari tinggal
delapan ratus rupiah doang. Plus saldo ATM tiga ribu rupiah. Cuman bisa buat
beli kerupuk. Pokoknya asyik lah...( he..he..walaupun sebenarnya agak clingukan
juga )

Seperti biasa, otak ini jadi blingsatan dan anehnya malah suka bermimpi yang
muluk-muluk ketimbang saat kantong agak tebal. Wong namanya mimpi, ya sekalian
aja yang muluk. Mumpung mimpi nggak perlu keluar keringat dan dilarang. Gratis
lagi !.

Sebab kenyataannya mimpi membayangkan dapat undian seribu rupiah dengan
membayangkan dapat semilyar, tanggapan otak kita akan sangat lain. Persis
perbedaan membayangkan surga dengan neraka. Walaupun kenyataannya semua masih
sama-sama angan-angan.Tapi ya apa salahnya berangan-angan positif dan muluk
kayak kata para pakar LOA.

Karena saya tidak berhak membagi berita ini pada anak istri, maka harus ada
cara menyenangkan mereka tanpa uang. Tapi nampaknya istri sudah tahu akan hal
ini. Maka sebelum bersedih, dia saya ajak jalan-jalan naik motor, sambil
berkhayal, berkelakar dan mencari jawaban hikmah.

Lho ! lha kok tiba-tiba kami nylonong keliling perumahan mewah.
Why...why...why....diri ini bergumam menunggu wangsit sambil terus melihat-lihat
perumahan yang asri itu. Kenapa saya harus jalan-jalan ke sini ? Ada apa dengan
rumah-rumah ini ? Kapan saya punya rumah sendiri ? Dimanakah bakal rumahku ?

"Hmmm... yah, seandainya kita punya satu kapling saja disini
bla...bla...bla...", istri saya mulai mengigau.

Eiitt...saya terkesiap dari lamunan alam ghaib, lalu langsung memotong
pembicaraan, "Sebenarnya saya mau ngomong kok nggak enak, diam-diam sebenarnya
kita di sini sudah punya jatah lima kapling. Tinggal mau tidaknya kita
menempati".

"Heh !", istri saya terhenyak antusias. "Masak sih ? Lima kapling ?"

Iya, sungguh, Di Sini ...!

Kapling pisan, moco Quran sak maknane.
Kapling pindho, sholat wengi lakonono.
Kapling telu, wong kang sholeh kumpulono.
Kapling papat, weteng siro ingkang luweh.
Kapling limo, dzikir wengi ingkang suwe.

Itulah rumah sejati yang begitu jembar asri dan bikin kita tetap bisa
cengengesan walau kas lagi nol.

Masalah kita sesungguhnya, apakah harus nunggu dapat rumah besar baru bisa
merasa bahagia, atau pengen langsung dapat bahagia walaupun tetap nggak punya
rumah kayak sekarang ? He...he... tapi kok kayaknya saya ini mbeling ingin dapat
bahagia sekarang sambil menunggu siapa tahu tahun depan dapat rumah besar...

Istri saya hanya bisa ketawa gemes ngrasakno suami yang nggak beres cara kerja
otaknya ini. Namun tiba-tiba dia hening sejenak, "Yah...aku kangen sama Allah
lagi...."

Ya sudah kita ke studio biar nggak ada yang ngganggu, silahkan diam bertafakur
berkangen-kangen dengan Allah sambil nungguin saya nerusin kerjaan yang nggak
beres-beres ini. Biar dananya cepet cair. Ayo kerja, kerja dan kerja....

Rupanya kerinduan pulang ke rumah sejati itu menyirnakan penyakit liar
kambuhan. Si angan-angan....

Wassalam, semoga bermanfaat

Dody Ide

Selasa, 20 Januari 2009

nyoba2

he he he ini blog mbanyol men dibuat tahun 2009. selanjutnya......