Senin, 02 Maret 2009

Patrap (Makna Dzikrullah)

Kita mengetahui bagaimana bintang-bintang itu beredar pada porosnya sebagaimana
mengetahui tumbuh-tumbuhan, gunung-gunung berdiri dan bergerak mengikuti
sunnah-Nya, sesungguhnya semuanya itu bersujud dan bertasbih kepada khaliknya.
Akan tetapi kita tidak mengetahui bagaimana cara mereka bersujud dan bertasbih.
Firman Allah :
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu
sekalian tidak mengerti mereka. Sesungguhya Dia adalah maha penyantun lagi
maha Penyayang" (QS 17:44)
Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi. silahkan kalian mengikuti perintah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa. Jawab mereka "Kami mengikuti dengan suka hati" (QS 41:11)
Ayat-ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa tasbih mereka bukanlah
sebuah kata-kata seperti manusia bertasbih, akan tetapi merupakan bentuk
kepasrahan dan kepatuhan atas perintah Allah, sehingga gerak mereka serta arah
tujuannya berserah atas kehendak perintah Ilahi. Dengan demikian butir-butir atom,
bumi, matahari, bintang-bintang bergerak pada orbit atau garis yang telah
ditentukan oleh-Nya. Itulah yang dinamai ber-islam, yang artinya berserah diri atas
kemauan Allah Yang Maha Pengasih. Yaitu pasrah atas peraturan-peraturan (sunnahsunnah)
yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Maka dari itu paradigma pasrah
bukanlah orang pasif yang tidak bergerak, malah sebaliknya orang yang pasrah
adalah orang aktif yang mengikuti perintah-perintah di dalam syariat, berdagang,
belajar, berperang, membayar zakat, berhaji, beternak, bertani, bermanajemen dll.
Hal ini diibaratkan seperti kalau kita membeli sebuah mobil. Si perancang telah
menyiapkan manualnya untuk memudahkan kita menghidupkan dan menjalankan
mesin mobil tersebut, serta untuk mengetahui suku cadang yang harus diganti jika
terjadi kerusakan. Manual yang berisi ketentuan/aturan ini tidak bisa diganti
seenaknya sesuai dengan kemauan kita, karena bisa-bisa akan mengakibatkan
benturan/berlawanan dengan keinginan perancangnya, yang pada akhirnya mungkin
akan membuat mesin mobil menjadi rusak dan tidak dapat berjalan dengan baik.
Perbuatan mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh perancang dalam ilustrasi
diatas menggambarkan kepasrahan dan kepatuhan terhadap ketentuan si
perancang. Demikian pula dengan kepasrahan terhadap ketentuan yang telah ditulis
dalam Al Qur'an dan Al Hadist ataupun dalam ayat-ayat kauniyah (hukum yang
diikuti oleh alam semesta / hukum alam), semuanya mengikuti sistem dan keinginan
ilahi. Mereka bersujud patuh atas ketetapan-Nya dengan suka hati.
Didalam serat Pepali Ki Ageng Selo, dzikir berarti patrap, yaitu orang susila, orang
beradab. Peradaban atau kesusilaan seseorang ditentukan oleh pendirian hidupnya

dan kesusilaan dalam arti kata yang sedalam-dalamnya dan terikat pada sarat-sarat
utama, yaitu dapat menguasai diri sendiri, yang dijabarkan sbb :
1. Menguasai tubuh sepenuhnya, yang berarti mampu untuk menguasai perjalanan
nafas dan darah, sehingga orang tidak lekas naik darah dan tidak mudah
dipermainkan oleh urat syarafnya (nervous) yang besar faedahnya bagi kesehatan
badan.
2. Menguasai perasaan, yaitu dapat menahan rasa marah, jengkel, sedih, takut dan
sebagainya, sehingga dalam keadaan bagaimanapun juga selalu tenang dan sabar,
oleh karena itu lebih mudah untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang
setepat-tepatnya.
3. Menguasai pikiran, sehingga pikiran itu dalam waktu-waktu yang terluang tidak
bergelandangan semaunya sendiri dengan tidak terarah dan bertujuan, akan tetapi
dapat diarahkan untuk memperoleh pengertian dan kesadaran tentang soal-soal
hidup yang penting.
Orang patrap (dzikir, sadar) dalam Islam diidealisasikan dalam sosok Nabi
Muhammad sebagai uswatun hasanah, tidak kenal rasa takut tidak gentar dalam
keadaan bagaimanapun juga, beliau selalu sabar, dan tenang dan selalu diliputi oleh
rasa kasih sayang kepada sesama hidup dan karena itu beliau dicintai oleh semua
ummat manusia, beliau mencintai segala ciptaan Allah.
Sikap dzikir sempurna seperti itu pernah dicontohkan Rasulullah, tatkala tiba-tiba
Da'tsur menodongkan pedangnya kearah leher nabi, seraya berkata lantang: "Siapa
yang akan menolong engkau dalam keadaan seperti ini, ya Muhammad?". "Allah
yang menolongku", jawab nabi dengan tenang.
Jawaban sederhana yang tidak disangka-sangka oleh Da'tsur, merontokkan karang
hati yang pongah, tubuhnya bergetar seakan tidak lagi disanggah oleh tulangtulangnya
yang besar. Daya apa gerangan yang mengalir dari mulut Muhammad,
membuat jiwanya sesaat seperti mati tak berdaya. Pedangnya terpental jatuh
ketanah, kemudian Rasulullah berganti membalas menodongkan pedang
kearah leher Da'tsur, dan beliau berkata : "Siapa yang akan menolong engkau ,ya
Da'tsur?" Ia jatuh bersimpuh pada kaki Rasulullah sambil mengiba untuk diampuni
atas sikapnya yang congkak dan berkata hanya enkau ya Muhammad yang bisa
menolongku. Seketika itu Rasulullah menasehatinya agar ia kembali ke jalan Islam.
Peristiwa di atas merupakan sikap sempurna dari Dzikir Rasulullah. Keadaan seperti
itulah yang dimaksudkan islam sebagai kepasrahan dan kepercayaan akan
kekuasaan Allah, perlindungan, kedekatan dan kemahatinggian Allah diatas segalagalanya.
Dzikir kepada Allah bukan hanya sekedar menyebut nama Allah di dalam lisan atau
didalam pikiran dan hati. Akan tetapi dzikir kepada Allah ialah ingat kepada Asma,
Dzat, Sifat, dan Af''al-Nya. Kemudian memasrahkan kepada-Nya hidup dan mati
kita, sehingga tidak akan ada lagi rasa khawatir dan takut maupun gentar dalam
menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan. Sebab kematian baginya
merupakan pertemuan dan kembalinya ruh kepada raja diraja Yang Maha Kuasa.
Mustahil orang dikatakan berdzikir kepada Allah yang sangat dekat, ternyata hatinya
masih resah dan takut, berbohong, tidak patuh terhadap perintah-Nya dll.
Konkritnya berdzikir kepada Allah adalah merasakan keberadaan Allah itu sangat
dekat, sehingga mustahil kita berlaku tidak senonoh
dihadapan-Nya, berbuat curang, dan tidak mengindahkan perintah-Nya.
Seperti yang pernah saya singgung mengenai syetan yang ma'rifat kepada Allah,
bertauhid kepada Allah, dan berdo'a kepada-Nya, memuja-Nya, namun ia enggan
mengikuti perintah-Nya. Orang berdzikir seperti ini sama kedudukannya dengan
kedudukan syetan yang terkutuk.
Allah berfirman : "Hai iblis , apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang
telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau
kamu merasa termasuk orang yang lebih tinggi ?"
Iblis berkata : Aku lebih baik dari padanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.
Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga, sesungguhnya kamu adalah yang
terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atas kamu sampai hari pembalasan."
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan."
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang yang diberi tangguh. Sampai
hari yang telah ditentukan waktunya ( hari kiamat)."
Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlis diantara mereka. (QS 38:75-83)
Kalau kita perhatikan dialog Iblis dengan Allah di atas, kelihatan sekali bekas
keakraban antara Khaliq dan makhluq-Nya. Dia sangat percaya kepada Allah, dia
bertauhid, dan mengetahui bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, dia juga memuja
Allah dengan menyebut "faizzatika" (demi kekuasaan Engkau). Dia selalu memanggil
Allah dengan sebutan "Ya Rabbi" (Ya tuhanku), dan yang terakkhir dia dikabulkan
doanya agar dipanjangkan usianya sampai hari kiamat. Hampir saja sempurna sang
iblis sebagai hamba yang sangat dekat, memohon kepada Allah (berdo'a), bertauhid
dan berma'rifat kepada-Nya. Hanya satu kesalahan sang iblis ini, yaitu tidak mau
mengindahkan perintah-Nya untuk bersujud (menghormati) kepada Adam. Berarti ia
tidak mengakui atau tidak menerima keputusan
Allah yang Maha Bijaksana, disebabkan kesombongan merasa paling baik dari
dirinya, ana khairu minhu , aku lebih baik dari Adam !!!
Ada sebagian ahli dzikir yang tidak mau melaksanakan ibadah shalat, dengan dalil
sudah sampai kepada tingkat ma'rifat atau fana. Dengan alasan wa aqimish shalata
lidzikri (dirikanlah shalat untuk mengingat Aku ... QS 20:14), karena tujuan shalat
adalah ingat. Namun ia tidak sadar, bahwa ingat disini ... tidak hanya kepada nama-
Nya atau kepada dzat-Nya, akan tetapi konsekwensinya harus menerima apa
kemauan yang diingat, yaitu kemauan Allah Swt seperti apa yang telah
diperintahkan didalam syariat-Nya .
Bandingkan dengan sikap syetan yang tidak mengikuti kemauan Ilahi. Perbuatan
khariqul `adah (meninggalkan kebiasaan syariat) dianggap perbuatan seorang
waliyullah. Padahal nabi Muhammad dan para sahabat menegakkan syariat shalat,
dan mu'amalah. Sedang kedudukan beliau berada diatas para wali manapun di
dunia. Dengan alasan yang seakan masuk akal, serta dengan ditandai
(ditambahi) kelebihan-kelebihan spiritual yang menakjubkan. Janganlah anda heran
jika setanpun mampu menembus alam-alam ghaib dan mampu menyelami pikiran
dan hati manusia, ... bahkan ia mampu berjalan melalui aliran darah (yajri dam)
karena memang ia dikabulkan permintaannya. Seorang wali adalah kekasih Allah
dan merupakan wakil Allah didalam melaksanakan tugas-tugas
menegakkan syariat Alqur'an dan As sunnah.
Lalu Apa yang Dimaksud dengan Dzikir Lisan, Dzikir Qalbi atau Dzikir Sirri?
Syekh Ahmad Bahjad dalam bukunya "Mengenal Allah", memberikan pengertian sbb
: "Dzikir secara lisan seperti menyebut nama Allah berulang-ulang. Dan satu tingkat
diatas dzikir lisan adalah hadirnya pemikiran tentang Allah dalam kalbu, kemudian
upaya menegakkan hukum syariat Allah dimuka bumi dan membumikan Al Qur'an
dalam kehidupan. Juga termasuk dzikir adalah memperbagus kualitas amal seharihari
dan menjadikan dzikir ini sebagai pemacu kreatifitas baru dalam bekerja dengan
mengarahkan niat kepada Allah ( lillahita'ala )."
Sebagian ulama lain membagi dzikir menjadi dua yaitu: dzikir dengan lisan, dan
dzikir di dalam hati. Dzikir lisan merupakan jalan yang akan menghantar pikiran dan
perasaan yang kacau menuju kepada ketetapan dzikir hati; kemudian dengan dzikir
hati inilah semua kedalaman ruhani akan kelihatan lebih luas, sebab dalam wilayah
hati ini Allah akan mengirimkan pengetahuan berupa ilham.
Imam Alqusyairi mengatakan : "Jika seorang hamba berdzikir dengan lisan dan
hatinya, berarti dia adalah seorang yang sempurna dalam sifat dan tingkah lakunya."
Dzikir kepada Allah bermakna, bahwa manusia sadar akan dirinya yang berasal dari
Sang Khalik, yang senantiasa mengawasi segala perbuatannya. Dengan demikian
manusia mustahil akan berani berbuat curang dan maksiat dihadapan-Nya. Dzikir
berarti kehidupan, karena manusia ini adalah makhluq yang akan binasa (fana),
sementara Allah senantiasa hidup, melihat, berkuasa, dekat, dan
mendengar, sedangkan menghubungkan (dzikir) dengan Allah, berarti menghubungkan
dengan sumber kehidupan (Al Hayyu).
Sabda Rasulullah : "Perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak
berdzikir seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." (HR. Bukhari)
Itulah gambaran dzikir yang dituturkan Rasulullah Saw. Bahwa dzikir kepada Allah
itu bukan sekedar ungkapan sastra, nyanyian, hitungan-hitungan lafadz, melainkan
suatu hakikat yang diyakini didalam jiwa dan merasakan kehadiran Allah disegenap
keadaan, serta berpegang teguh dan menyandarkan kepada-Nya hidup dan matinya
hanya untuk Allah semata.
Firman Allah :
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu (jiwamu) dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS 7:205)
Aku hadapkan wajahku kepada wajah yang menciptakan langit dan bumi, dengan
lurus. Aku bukanlah orang yang berbuat syirik, sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku kuserahkan (berserah diri) kepada Tuhan sekalian Alam ....
Adapun hitungan-hitungan lafadz, seperti membaca Asmaul Husna, membaca
Alqur'an, shalat, haji, zakat, dll, merupakan bagian dari sarana dzikrullah, bukan
dzikir itu sendiri, yaitu dalam rangka menuju penyerahan diri (lahir dan batin)
kepada Allah. Tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi dari pada dzikir dan tidak ada
nilai yang lebih berharga dari usaha menghadirkan Allah dalam hati, bersujud karena
keagungan-Nya, dan tunduk kepada semua perintah-Nya serta menerima setiap
keputusan-Nya Yang Maha Bijaksana
Dzikir berarti cinta kepada Allah, tidak ada tingkatan yang lebih tinggi diatas
kecintaan kepada Allah …, maka berdzikirlah kamu (dengan menyebut ) Allah,
sebagaimana kamu ingat kepada orang tua kalian, atau bahkan lebih dari itu …. (QS
2:200)
"Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS 9:24 )
Dzikrullah Rohnya Seluruh Peribadatan
Pada tatanan spiritualitas Islam, dzikrullah merupakan kunci membuka hijab dari
kegelapan menuju cahya Ilahi. Alqur'an menempatkan dzikrullah sebagai pintu
pengetahuan makrifatullah, sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran 190-191 :
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, atau sambil duduk atau dalam keadaan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka" (QS 3:190-191)
Kalimat "yadzkurunallah" orang-orang yang mengingat Allah, didalam `tata bahasa
arab' berkedudukan sebagai ma'thuf (tempat bersandar) bagi kalimat-kalimat
sesudahnya, sehingga dzikrullah merupakan dasar atau azas dari semua perbuatan
peribadatan baik berdiri, duduk dan berbaring serta merenung (kontemplasi).
Dengan demikian praktek dzikir termasuk ibadah yang bebas tidak
ada batasannya. Bisa sambil berdiri, duduk, berbaring, atau bahkan mencari nafkah
untuk keluarga sekalipun bisa dikatakan berdzikir, jika dilandasi karena ingat kepada
Allah. Juga termasuk kaum intelektual yang sedang meriset fenomena alam,
sehingga menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi seluruh manusia.
Dzikrullah merupakan sarana pembangkitan kesadaran diri yang tenggelam, oleh
sebab itu dzikir lebih komprehensif dan umum dari berpikir. Karena dzikir melahirkan
pikir serta kecerdasan jiwa yang luas, maka dzikrullah tidak bisa hanya diartikan
dengan menyebut nama Allah, akan tetapi dzikrullah merupakan sikap mental
spiritual mematuhkan dan memasrahkan kepada Allah Swt.
Dari Dardaa Ra :
Bersabda Rasulullah Saw "Maukah kalian saya beritakan sesuatu yang lebih baik dari
amal-amal kalian, lebih suci dihadapan penguasa kalian, lebih luhur di dalam derajat
kalian, lebih bagus bagi kalian dari pada menafkahkan emas dan perak, dan lebih
bagus dari pada bertemu musuh kalian (berperang) kemudian kalian menebas leherleher
mereka atau merekapun menebas leher-leher kalian ?" Mereka berkata : "baik
ya Rasulullah". Beliau bersabda : "dzikrullah" atau ingat kepada Allah (dikeluarkan
oleh At thurmudzy dan Ibnu Majah, dan berkata Al Hakim: shahih isnadnya).
Betapa dzikrullah ditempatkan pada posisi yang sangat tinggi, karena merupakan
jiwa atau rohnya seluruh peribadatan, baik shalat, haji, zakat, jihad dan amalanamalan
lainnya. Dari sisi lain, Allah sangat keras mengancam orang yang tidak ingat
kepada Allah didalam ibadahnya. Seperti dalam surat Al Ma'un ayat :4-6 :
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya'." fashalli lirabbika … maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu ( QS. 108:2 )
Perbuatan riya' ialah melakukan suatu amal perbuatan tidak untuk mencari
keridhaan Allah, akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.
Amal perbuatan seperti itu yang akan ditolak oleh Allah, dan dikategorikan bukan
sebagai perbuatan Agama (Ad dien).
Banyak orang yang mendirikan shalat, sementara ia hanya mendapatkan rasa lelah
dan payah ( Al Hadist )
Sabda Nabi Saw :
"Akan datang pada suatu masa, orang yang mengerjakan shalat, tetapi mereka
belum merasakan shalat" (HR. Ahmad, dalam risalahnya: Ash shalatu wa ma
yalzamuha)
Jadi jelaslah maksud hadist-hadist di atas bahwa seluruh peribadatan bertujuan
untuk memasrahkan diri dan rela kepada Allah, sebagaimana pasrahnya alam
semesta…
Untuk mencapai kepada tingkatan yang ikhlas kepada Allah serta menerima Allah
sebagai junjungan dan pujaan, jalan atau sarana yang paling mudah telah diberikan
Allah, yaitu dzikrullah. Keikhlasan kepada Allah mustahil bisa dicapai, tanpa melatih
dengan menyebut nama Allah serta melakukan amalan-amalan yang telah
ditetapkan-Nya.
Telah menyebutkan Abdullah bin Yusr, bahwa sesungguhnya ada seorang lelaki
berkata. wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat iman itu sungguh amat banyak
bagiku, maka kabarkanlah kepadaku dengan sesuatu yang aku akan menetapinya.
Beliau bersabda :
"Senantiasa lisanmu basah dari dzikir (ingat) kepada Allah Ta'ala."
Keluhan laki-laki yang datang kepada Rasulullah menjadi pelajaran dan renungan
bagi kita, yang ternyata syariat iman itu amat banyak jumlahnya dan tidaklah
mungkin kita mampu melaksanakan amalan syariat yang begitu banyak tersebut,
kecuali mendapatkan karunia bimbingan dan tuntunan dari Allah Swt. Rasulullah
telah memberikan solusinya dengan memerintahkan selalu membasahi lisan kita
dengan menyebut nama Allah.
Dengan cara melatih berdzikir kepada Allah kita akan mendapatkan ketenangan,
kekhusyu'an dan kesabaran yang berasal dari Nur Ilahi.
Keutamaan Berdzikir Kepada Allah
Apabila benar-benar mengerjakan dzikir menurut cara yang dikehendaki oleh Allah
dan Rasul-Nya, sedikitnya ada dua puluh keutamaan yang akan dikarunikan kepada
yang melakukannya, yaitu (Al Fathul Jadied : syarah At Targhieb Wat Tarhieb):
1. Mewujudkan tanda baik sangka kepada Allah dengan amal shaleh ini.
2. Menghasilkan rahmat dan inayat Allah.
3. Memperoleh sebutan yang baik dari Allah dihadapan hamba-hamba yang pilihan.
4. Membimbing hati dengan mengingat dan menyebut Allah.
5. Melepas diri dari azab.
6. Memelihara diri dari was-was syaitan khannas dan membentengi diri dari
ma'syiat.
7. Mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
8. mencapai derajt yang tinggi di sisi Allah.
9. Memberikan sinaran kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa.
10. Menghasiilkan tegaknya suatu rangka dari iman dan islam.
11. Menghasilkan kemuliaan dan kehormatan pada hari kiamat.
12. Melepaskan diri dari rasa sesal.
13. Memperoleh penjagaan dari para malaikat.
14. Menyebabkan Allah bertany tentang keadaan orang-orang yang berdzikir itu.
15. Menyebabkan berbahagianya orang-orang yang duduk beserta orang-orang yang
berdzikir, walaupun orang turut duduk itu tidak berbahagia.
16. Menyebabkan dipandang ahlul ihsan, dipandang orang-orang yang berbahagia
dan pengumpul kebajikan.
17. Menghasilkan ampunan dan keridhaan Allah.
18. Menyebabkan terlepas dari suatu pinti fasik dan durhaka. Karena orang yang
tidak menyebut Allah (tidak berdzikir) dihukum sebagai orang fasik.
19. Merupakan ukuran untuk mengetahui derajat yang diperoleh di sisi Allah.
20. Menyebabkan para Nabi dan orang-orang mujahidin (syuhada) menyukai dan
mengasihi.
Dengan sebagian manfaat yang tercantum di atas, layaklah jika dzikrullah
didudukkan sebagai pintu pembuka jalan kebajikan dan jalan makrifatullah.
Keutamaan-keutamaan tersebut bukan sekedar catatan yang menarik bagi kaum
muslimin, akan tetapi hal tersebut bisa kita peroleh dan dirasakan dengan sebenarbenarnya,
apabila kita serius dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan
amalan-amalan dzikir kepada Allah.
DALIL-DALIL YANG MENGANJURKAN DZIKRULLAH SERTA ANCAMAN BAGI YANG
MENINGGALKANNYA.
AYAT-AYAT AL-QUR'AN
1. Surat Ali"Imran (190-191)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda dari orang yang berakal. (3-190) (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksaan neraka (QS 3:190-191).
2. Surat An Nisaa' (103)
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri,
diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman,
maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguh-nya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS 4:103).
3. Surat Al Anfaal (45)
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka
berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung (QS 8:45).
4. Al Munaafiquun (9)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa berbuat demikian maka mereka
itulah orang-orang yang rugi (QS 63:9).
5. Al Mujaadilah (19)
Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah;
mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa golongan syetan itulah golongan
yang merugi( QS 58:19).
6. Az Zukhruf (36)
Barang siapa yang berpaling dari ingat kepada yang maha pemurah, kami adakan
baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang
selalu menyertainya (QS 43:36).
7. An Nisa (142)
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas
tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas,...mereka bermaksud riya'( dengan shalat) dihadapan manusia,… tidaklah
mereka menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali (QS 4:142).
8. Al Baqarah (152)
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmatku) (QS 2:152)
9. Al Baqarah (200)
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan)
nenek moyangmu, atau bahkan lebih banyak dari itu (QS 2:200).
10. Al Ahzab (35)
Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah , Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang benar (QS 33:35).
11. Al Ahzab (41)
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah , dzikir
sebanyak-banyak nya (QS 33:41).
12. An Nur (37)
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari
mengingat Allah , dan (dari) membayar zakat . mereka takut kepada suatu hari yang
( dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang (QS 24:41).
13. Al A'Raaf (205)
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu didalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut dan tidak mengeraskan suaramu, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang lalai (tidak berdzikir) (QS 7:205)
14. Ar Ra'd (28)
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allalh hati menjadi tentaram
(QS 13:28).
15. Al Jumu'ah (9)
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk sembahyang pada hari jum'at,
maka segeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS 62:9)
HADIST-HADITS RASULULLAH
1. Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasulallah Saw. Bersabda : barang siapa yang duduk
pada suatu tempat duduk yang dia tidak dzikir (ingat) kepada Allah, dan atau
ditempat itu, maka ada atasnya kebencian dari Allah ta'ala. Dan barang siapa

bertiduran pada tempat tidur yang ia tidak dzikir kepada Allah ditempat itu, maka
ada atasnya kebencian dari Allah, artinya merupakan kekurangan tabiat jelek dan
kerugian. (dikeluarkan oleh Abu Dawud)
2. Banyaklah olehmu menyebut Allah disegenap keadaan karena tak ada sesuatu
amal yang lebih disukai Allah dan tak ada yang sangat melepaskan hamba dari suatu
bencana di dunia dan akhirat dari pada menyebut Allah (HR: At Tabrany )
3. Berfirman Allah Swt. Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan aku
besertanya dimana ia mengingat akan Aku (HR Bukhari-Muslim)
4. Tidaklah duduk sesuatu kaum disuatu majelis lantas mereka menyebut nama
Allah di majelis itu melainkan mengelilingi mereka dan rahmat menutupi mereka dan
Allah menyebut mereka dihadapan orang-orang yang disisi-Nya ( HR Ibn Syaiban.
Tahfudz Dzikirin:12)
5. Tiada berkumpul suatu kaum didalam suatu rumah Allah (masjid) untuk menyebut
Allah hendak memperoleh keridhoan-Nya melainkan Allah memberikan ampunan
kepada mereka itu. Dan menggantikan keburukan-keburukan mereka dengan
berbagai kebaikan (HR Ahmad … At Targhieb 3:63 )
6. Barang siapa tiada banyak menyebut Allalh, maka sesungguhnya terlepas dia dari
imannya ( HR. At Tabrany dalam Al Ausath )
7. Bahwasanya Allah berfirman: hai anak Adam, apabila engkau telah menyebut
akan Aku, berarti engkau telah mensyukuri akan Aku. Dan apabila engkau telah
melupakan akan Aku, berarti engkau telah mengingkari nikmat dan ihsan-Ku ( HR.
At Tabrany dalam Al Ausath )
8. Perumpamaan orang yang menyebut tuhannya dengan orang orang yang tidak
menyebut tuhannya, adalah umpama orang yang masih hidup dibanding dengan
orang mati. ( HR. Bukhary ..At TarghiebWat Tarhieb 3:59)
9. Berkata Abu Hurairah Ra. Bersabda Nabi Muhammad Saw. Telah mendahului
"mufarridun ". Mereka (para sahabat) berkata: Apakah Mufarridun itu? Beliau
menjawab: orang-orang lelaki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah
(dikeluarkan oleh Imam Muslim)
10. Telah menyebutkan Abdullah bin Yusr bahwa sesungguhnya ada seorang laki-laki
berkata : Sesungguhnya syari'at iman itu sungguh amat banyak bagiku, maka
kabarkanlah kepadaku dengan sesuatu yang aku menetapinya. Beliau bersabda :
senatiasa lisanmu basah dari dzikir (ingat) kepada Allah Ta'ala.
Sudah terlalu banyak yang kita mengerti dari perintah-perintah Allah didalam Al
Quran dan Al Hadist. Namun apakah akan tetap menjadikan dalil tinggallah dalil, dan
kita tetap saja tidak mau berbuat banyak dalam melaksanakan peribadatan kepada
Allah. Sampai kapan kita hanya mengumpulkan data-data keislaman yang tidak
terhitung banyaknya. Apakah sebenarnya tujuan kita
beragama !? Bukankah kita akan kembali kepada-Nya dengan tidak membawa apaapa
(Pasrah) !?
Terlalu panjang ... kalau kita membicarakan persoalan yang tiada habis-habisnya.
Apalagi mempersoalkan hal furuiyyah … syariat Islam itu tidak sekedar soal hukumhukum
positif saja, tetapi banyak nilai spiritual yang belum digali dengan benar.
Akibatnya kita ketinggalan dengan para Yogi India yang menekuni realitas kejiwaan
yang bersifat universal, sehingga para penganutnya bukan saja dari kalangan hindu,
akan tetapi sebagian orang Islam dan bangsa Eropa yang beragama Kristen telah
menekuninya tanpa harus menjadi Hindu. Dan membawa manfaat baik lahir maupun
mental spiritualnya. Mengapa nilai spiritual Islam tidak mampu menembus wilayah
bangsa-bangsa lain yang bermanfaat bagi kedamaian manusia, yang diakui
menyatakan Rahmatan lil'alamin !? Mengapa kita memandang mereka dengan rasa
kebencian dan bermusuhan.? Padahal tidak semua orang kafir harus diperangi
(harbi).
Mengapa kita tidak melakukan saja pekerjaan yang bermanfaat untuk kesejahteraan
ummat manusia dan alam? Mengapa kita tidak menjadikan manusia itu cerdas dan
bermental spiritual yang damai? Lihatlah bangsa Jepang, negara yang amat kecil dan
disegani lawannya, dikagumi semua Ummat, padahal dia tidak memiliki pasukan
penggempur musuh. Kita Ummat yang mengaku
khairun Ummat (Ummat yang terbaik), ternyata dilecehkan dan dihinakan, dijajah,
dan tidak dipandang sebagai ummat yang cerdas, bahkan hampir disamakan dengan
bangsa primitif, karena menonjolkan sifat kekasaran, dan kekuatan ototnya. Kita
mudah marah dan tersinggung, jika dikatakan ummat islam itu terbelakang, yang
identik dengan kemiskinan dan kebrutalan.
Kenyataannya kita sering dihambat oleh ummat sendiri. Al islam mahjubun bil
Muslim, kreatifitas dan inovasi pemikiran dan kajian ummat, terkadang diserang
habis habisan tanpa ikut meneliti terlebih dahulu kebenarannya dengan alasan
bid'ah.
Orang yang menekuni bidang pendidikan, filsafat, dan ilmu-ilmu sain dianggap tidak
memperjuangkan ummat, padahal mereka adalah orang yang mengisi khasanah
keilmuan yang digali dalam literatur Islam yang penuh dengan persoalan-persoalan
manusia, alam dan fenomenanya.
Saya mengajak segenap ummat Islam agar kembali kepada jalan suci yang dirintis
para pendahulu kita, yang lebih banyak berbuat ketimbang berbicara. Islam
berkembang bukan dengan kekerasan, akan tetapi melalui kebudayaan, melalui
sains yang digali oleh para Ulama yang mengungkapkan keagungan dan keunikan
alam semesta. Ulama-ulama yang sangat intens terhadap ilmu fisika,
matematika, dan kedokteran seperti, Ibnu Sina, Al Jabber, Ibnu Rusydi dll,
mempunyai andil mengangkat derajat dan kebesaran Islam pada abad ke tujuh
sampai akhir abad kedua belas, ... hingga akhirnya terpuruk pada saat ini. Menurut
pandangan saya, Jepang , Singapura, Perancis adalah potret negara Islami yang
sebenarnya, sebab disanalah dasar-dasar filsafat Islam tertanam menjadi budaya
yang tinggi seperti kedisiplinan, ketekunan, kesadaran hukum, kebersihan, wajib
belajar, memperhati-kan hak asasi manusia, binatang, dan lingkungan. Hanya satu
yang belum … yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
Demikian harapan dan sentuhan rasa yang dalam akan keinginan khasanah
keislaman dijalankan melalui gerakan jiwa yang dalam dan bersih. Dan hanya
dengan berbuat melalui kesadaran spiritual yang tinggi keinginan itu akan tercapai.
Sebab kesadaran adalah modal tertinggi untuk mencapai sesuatu. Bukan dengan
emosi dan cemburu terhadap karya orang lain lalu kemudian memusuhinya tanpa
jelas perkaranya. Hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang …
sehingga melahirkan karya-karya yang bermanfaat dan berperilaku akhlaq yang
mulia.
Memasuki Kesadaran Diri (Aku)
Kali ini saya akan mengajak pembaca sekalian menyelami kesadaran diri yang
sebenarnya, dan mengenali hakikat ruh yang biasa menyebut dirinya "Aku". Dan
saya tidak akan lagi bicara soal dalil-dalil. Ibaratnya kita melakukan shalat, kita tidak
lagi butuh dalil, akan tetapi kita tinggal memasuki keadaan shalat yang sebenarnya.
Diskusi kita sudah selesai dalam hal hukum-hukum berdzikir.
Manusia merupakan makhluq yang sempurna … sehingga diangkat sebagai wakil
Tuhan di muka bumi ini. Biarpun sebagian besar orang tidak mengerti banyak
tentang sifat sebenarnya dari diri sendiri. Dalam susunan fisik, mental dan
kerohaniannya terdapat sifat yang tertinggi maupun terendah. Didalam tulang-tulang
terdapat kehidupan bersifat mineral, badan dan darahnya benar-benar
mengandung bahan mineral. Kehidupan fisik badan manusia mirip dengan kehidupan
tanaman. Banyak keinginan /nafsu fisik serta emosi mirip dengan yang dimiliki oleh
binatang. kemudian manusia mempunyai seperangkat sifat mental yang menjadi
miliknya, dan tidak dimiliki oleh binatang yang bersifat rendah. Selain itu masih ada
sifat lebih tinggi yang dimiliki oleh sebagian orang yang
lebih maju kerohaniannya, meskipun masih terdapat daya kemauan yaitu daya sang
"Aku", yang merupakan daya yang diterima (ditiupkan) dari Yang Maha Mutlak.
Benda-benda fisik dan mental tersebut adalah milik manusia, dan bukannya manusia
itu sendiri. Sebelum manusia ("Aku") dapat menguasai atau mengalahkan, dan
mengarahkan benda yang menjadi miliknya yaitu alat dan instrumennya terlebih
dahulu ia harus menyadari dirinya secara benar. Ia harus dapat membedakan mana
yang merupakan Aku dan mana yang merupakan alat atau milik Aku, dapat
membedakan mana yang Aku dan mana yang bukan Aku. Inilah tahapan pertama
yang harus disadari.
Katakan bahwa Ruh itu adalah dari amar-amar-Ku … Aku adalah ruh yang ditiupkan
kedalam tubuh yang terbuat dengan komposisi kosmos yang sempurna setelah
diberi bentuk. (QS 15:28-29) … sang aku bersifat abadi - tidak bisa mati -tidak bisa
rusak. Ia memiliki kekuasaan, kebijaksanaan dan kenyataan. Tetapi seperti halnya
seorang bayi yang kemudian menjadi dewasa, batin manusia tidak menyadari sifat
potensial yang tertidur dalam dirinya, dan tidak mengenal dirinya sendiri yang
sebenarnya. Bila diri sendiri yang sebenarnya sudah bangun, ia mengenal mana
yang disebut Aku dan mana yang bukan Aku sebagai dirinya sendiri atau Aku. Aku
inilah yang akan kembali kehadirat asalnya yaitu Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun.
Sesungguhnya Aku adalah berasal dari Allah dan kepada-Nya-lah Aku kembali….
Orang primitif dan orang beradab jarang menyadari "Aku" nya, rasa keakuan mereka
hanya merupakan kesadaran mengenai nafsu badani pemenuhan keinginan,
pemuasan kesenangan, memperoleh kenyamanan bagi dirinya. Bagian bawah dari
batin naluri merupakan tempat rasa keakuan orang-orang primitif. Bila seorang
primitif mengatakan "Aku", maka yang dimaksud adalah badannya. Badan
ini mempunyai perasaan, keinginan dan nafsu. Tetapi pikiran semacam itu terdapat
pula pada banyak orang yang mengaku beradab. Mereka menggunakan daya
pikirnya guna memenuhi nafsu dan keinginan fisiknya, padahal mereka sebenarnya
hidup dalam tingkat batin naluri. Tentu, setelah orang menjadi lebih beradab maka
perasaannya menjadi lebih halus, sedangkan orang primitif mempunyai perasaan
kasar. Yang perlu dicatat adalah, pikiran orang beradabpun masih diperbudak oleh
keinginan dan nafsu badannya.
Setelah manusia semakin tinggi tingkatannya, mulailah ia mempunyai konsep
tentang Aku nya yang lebih tinggi. Ia mulai menggunakan pikirannya dan akalnya,
maka ia pindah dari tingkat batin naluri ke tingkat batin mental - ia mulai
menggunakan kecerdasannya, ia mulai merasakan bahwa batinnya adalah lebih
nyata bagi dirinya dari pada badannya, bahkan kadang ia melupakan badannya
bila sedang terbenam dalam pemikiran secara serius.
Setelah kesadaran orang meningkat - yaitu kesadarannya berpindah dari tingkat
mental ke tingkat kerohanian - ia menyadari bahwa "Aku" yang sebenarnya adalah
sesuatu yang lebih tinggi dari pada pikiran, perasaan dan badan fisiknya, bahwa
semuanya ini dapat digunakan sebagai alat atau instrumennya. Pengetahuan ini
bukan merupakan pengertian saja, tetapi merupakan kesadaran yang khas, artinya
orang benar-benar merasakan sebagai Aku yang sebenarnya (sebagai bashirah).
Dalam kajian kali ini, kami coba menunjukkan kepada anda cara mengembangkan
atau membangkitkan kesadaran Aku yang fitrah. Ini merupakan amalan pertama
yang harus disadari, sebab kita tidak akan bisa melakukan pendekatan kepada Allah
kalau tidak menyadari hakekat diri yang hakiki. Seperti tujuan melakukan amalan
puasa dibulan ramadhan adalah mencapai fitrah (idul fitri,
kembali kepada fitrah yang mempunyai sifat suci seperti bayi yaitu diri yang sejati
atau "Aku").
Kesadaran `Aku" ini merupakan langkah pertama pada jalan menuju keadaan yang
disebut sebagai `penerang", merupakan realisasi hubungan dengan Yang Maha
Agung.
Latihan ini harus dipraktekkan, bukan sekarang saja tetapi diberbagai tahapan
perjalanan sampai anda memperoleh penerangan jiwa.
Memasuki Keadaan Dzikir (Patrap Pertama)
Bila mungkin, carilah tempat atau ruangan, yang terbebas dari gangguan, agar batin
anda merasa aman dan tenang. Duduklah yang enak agar anda dapat
mengendorkan otot-otot dan membebaskan ketegangan syaraf. Lepaskan
ketegangan dan biarkan otot-otot menjadi lemas, sampai terasa tenang dan damai
meresapi seluruh tubuh. Istirahatkan badan dan pasrahkan seluruh jiwa raga. Atau
lakukanlah dengan posisi berdiri, hal ini dilakukan untuk menghindari mudah terlena
dan tertidur …
Kondisi tersebut sangat baik bagi tahap permulaan praktek latihan, tetapi setelah
pengalaman hendaknya mampu melakukan pengendoran badan dan menenangkan
pikiran dimana pun dan kapanpun anda memerlukannya. Ingat bahwa keadaan dzikir
harus berada di bawah penguasaan kemauan yang keras. Didalam melakukan
praktek dzikir harus diterapkan pada waktu yang tepat dan atas kemauan sendiri.
Sadari bahwa Aku adalah hakiki nya manusia yang tidak pernah tidur - tidak mati -
abadi, ...selalu sadar tidak pernah mengalami sedih dan takut … Aku sang roh suci
(fitrah) yang mampu menembus alam mimpi, alam malakut dan alam uluhiyah…
Sekarang anda memasuki tahapan yang menyebabkan Aku merasa sebagai makhluk
mental. Kalau anda memejamkan mata anda akan merasakan dan bisa membedakan
mana Aku yang sebenarnya … disitu ada aku yang memperhatikan sensasi badan,
seperti misalnya : lapar, haus, sakit, sensasi yang menyenangkan, kesedihan. Anda
akan merasakan ternyata bukan aku sebenarnya yang lapar, sakit dan sedih, akan
tetapi itu adalah sensasi peralatan atau instrumen yang dimiliki oleh sang Aku. Anda
sebenarnya diluar atau diatas semua alat-alat tadi!! Maka dari itu anda harus
melepaskan diri anda dari yang bukan hakiki, agar tidak diombang-ambingkan oleh
peralatan anda sendiri. Sadari Aku adalah yang menguasai perasaan dan pikiran,
jadilah tuan atas diri anda … keluarlah anda seperti anda melepaskan baju, lalu
tinggalkan & jangan anda memikirkan semuanya itu. Karena peralatan anda
mempunyai batin naluri yang akan bergerak menurut fungsinya. Perhatikan saat
anda tidur … Aku anda meninggalkan tubuh anda tanpa harus memikirkan
bagaimana nantinya badanku, kenyataanya instrument tubuh bekerja menurut yang
dikehendaki oleh nalurinya sendiri.
Sadarkan sang Aku. Hubungkan dengan dzat yang Maha Mutlak ...hadirlah
dihadapan-Nya sebagaimana kesaksian Aku dialam `Azali...Panggillah …penuh
santun ya Allah … ya Allah … tundukkan jiwa anda dengan hormat … dan datanglah
kehadirat-Nya dengan terus memanggil ya Allah …ya Allah … timbulkan rasa cinta
yang dalam …hadirlah terus dalam dzikir … biarkan sensasi pikiran dan perasaan
melayang-layang …Sadarkan dan kembalikan bahwa Aku bukan itu semua … Aku
adalah yang menyaksikan semuanya … bersaksilah dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat … sampaikan do'a salawat untuk Rasulullah .dan keluarganya.
Teruskan Aku melayang menembus semua alam-alam yang menghalangi, biarkan
Aku berjalan menuju Yang Maha tak Terhingga …
jangan perdulikan kebisingan diluar diri kita .. teruskan jangan berhenti sampai ada
sambutan … hingga dzikir anda akan berubah dengan sendirinya bukan dari rekayasa
pikiran … menjadi laa ilaaha illallah atau subhanallah ... Kalau sudah mencapai
keadaan seperti ini …dzikir anda ... akan terbawa saat anda bekerja … menyetir
mobil dan mengangkat takbir, saat shalat ataupun wudhu' …
Suasana dzikir terus membekas dan menyebabkan hati menjadi tenang luar biasa,
dzikir bukan lagi sebuah lafadz akan tetapi merupakan suasana ingat dan ihsan.
Apabila keadaan dzikir anda sudah terasa menyelimuti hati … pikiran … dan badan
anda, frekwensi getaran makin lama makin terasa … dan semakin kuat rasa
sambung kepada Allah. Hati anda semakin sensitif … mudah menangis … dan kadang
tidak bisa ditahan saat anda membaca Alqu'an dan shalat walaupun anda tidak
mengerti artinya.
SENSASI YANG BIASANYA MUNCUL SAAT BERDZIKIR
Ketika anda menghadirkan atau menghubungkan diri anda dengan Allah, tiba-tiba
muncul rasa haru … merinding …. Badan terasa agak berat dan bergoncang ….
seperti ada muatan getaran yang menyelimuti badan …semakin kuat hubungan anda
dengan Allah, maka akan semakin kuat getaran yang ditimbulkannya … biarkan
getaran itu mengalir …dengan getaran itulah anda tidak lagi
terganggu oleh pikiran dan khayalan yang melayang-layang … Adanya getaran
merupakan tanda kesambungan anda dengan Allah … biasanya anda tidak akan kuat
menahan tangis yang tiba-tiba muncul ….Kadang anda akan dituntun shalat
..dituntun berdzikir … dituntun bersujud. Biarkan jangan ditolak atau dilawan ...
pasrahkan saja dengan ikhlas. Anda tidak akan mengalami rasa penat,
capek dan jenuh walaupun itu terjadi berjam-jam lamanya. Sekalipun hal itu anda
lakukan pada waktu malam hingga pagi .. tubuh rasanya menjadi segar dan tidak
lemas ... bahkan terasa lebih rileks dan nyaman.
Semakin anda tekun berkomunikasi kepada Allah semakin halus getaran yang
muncul. anda mungkin menjadi heran tatkala anda agak sulit marah, hati anda lebih
terkendali tanpa ada penahanan atau pemaksaan. Hati menjadi lunak dan
menimbulkan perangai yang sangat lembut. Hati terus menerus berdzikir bukan dari
keinginan nafsu… dzikir itu muncul dari rasa Aku yang dalam… tiada
bisa dibendung ….rasanya seperti ditarik oleh rasa kesambungan yang sangat kuat.
kondisi seperti itu pikiran menjadi lemah tidak lagi liar seperti semula Nafsu menjadi
teredam dan istirahat …yang ada tinggal rasa atau getaran iman yang dalam dan
muncul tiada bisa dicegah…
PENEGASAN PATRAP PERTAMA
Praktekkan patrap pertama ini pada waktu-waktu senggang. Sebagai catatan:
sebaiknya dalam melakukan patrap hendaknya anda membersihkan dari hadast
besar dan kecil. Kemudian shalat sunnah dua rakaat.
Ambil posisi berdiri seperti hendak shalat menghadap kiblat …
Hubungkan rasa Ingat Anda kepada Allah ...
Timbulkan rasa rindu dan cinta kepada Allah ...
Hadirkan hati anda dan pasrahkan jiwa raga ...
Mohonlah bimbingan kepada-Nya …
Ya Allah Ampuni kami ….
Ya Allah Ajarkan kami dan bimbinglah kami didalam menuju makrifat kepada Engkau
Ya Allah lindungilah kami dari godaan nafsu dan syetan yang terkutuk
Bismillahirrahmanirrahiem……
Asyhadu anlaa ilaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah
Allahumma shalli `ala Muhammad wa `ala aali Muhammad
Ya … Allah … Ya Allah …Ya Allah …Ya Allah …..
Ya Allah … Ya Allah …Ya Allah ...
(tidak perlu anda menghitung jumlah lafadz yang diucapkan ….)
Hantarlah jiwa Anda dengan nama Allah sampai anda mendapatkan sambutan ….
Apabila anda serius biasanya lebih cepat. Lakukanlah patrap ini setiap hari …
walaupun hanya sepuluh menit…Atau bisa
dilakukan sambil berjalan, diatas kendaraan, menjelang tidur sambil berbaring …
Tutuplah patrap dengan bersujud dan berdo'a
Mudah-mudahan anda mendapatkan bimbingan dari Allah Swt…. amin

Tidak ada komentar: