Sabtu, 24 Januari 2009

Iblis Pun Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah S.A.W

ini hasil copycat dari Elfatachi yang bikin aku merinding bacanya. selamat merinding!!!!!

Oleh : Muadz bin Jabal dari Ibnu Abbas

Ketika kami sedang bersama Rasulullah S.A.W di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah.

“Wahai penghuni rumah, maukah kalian membukakan pintu? Sebab kalian akan membutuhkanku.”, sapa tamu tersebut.

Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”.

Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”.

Beliau melanjutkan, “Itu si Iblis, laknat Allah bersamanya.”.

Umar bin Khattab menanggapi, “izinkan aku membunuhnya, wahai Rasulullah!”.

Rasulullah menahannya. Beliau berkata, “Sabar, wahai Umar! Bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya sebab dia telah diperintahkan untuk ini! Pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik!”.

Ibnu Abbas menuju pintu, lalu dibuka. Ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda. Taringnya terlihat seperti taring babi. Bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata, “Salam untuk-Mu, Muhammad! Salam untukmu para hadirin!”.

Rasulullah menghardik, “Salam hanya milik Allah S.W.T! Sebagai makhluk terlaknat, apa keperluanmu?!”.

Iblis menjawab, “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku. Namun, karena terpaksa!”.

Rasulullah menanggapi, “Begitu. Lalu siapa yang memaksamu?!”.

Iblis menjawab, “Seorang Malaikat utusan Allah mendatangiku dan memberitahu bahwa Allah memerintahkanku untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Kata-Nya, aku harus memberitahu Muhammad tentang cara-caraku dalam menggoda manusia. Kata-Nya juga, aku harus menjawab dengan jujur semua pertanyaan Muhammad. Demi kebesaran Allah, andai aku berdusta satu kali saja, maka Allah akan menjadikan diriku debu yang ditiup angin.”.

Iblis lalu melanjutkan, “Oleh karena itu, aku sekarang mendatangi-Mu. Tanyalah apa yang hendak Kau tanyakan! Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku! Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh!“.

Orang yang Dibenci Iblis

Rasulullah bertanya kepada Iblis, “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”.

Iblis menjawab sambil menuding, “Kamu, Kamu, dan orang seperti-Mu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci!!!”.

Rasulullah melanjutkan, “Siapa lagi selanjutnya?”.

Iblis menjawab, “Pemuda yang bertaqwa yang memberikan dirinya untuk menjadi abdi Allah!”.

Rasulullah kembali melanjutkan, “Lalu siapa lagi?“.

Iblis menjawab, “Orang alim dan wara’ (loyal,red)!”.

Rasulullah terus melanjutkan, “Lalu siapa lagi?”.

Iblis menjawab, “Orang yang selalu bersuci!”.

Rasulullah meneruskan, “Siapa lagi?”.

Iblis kembali menjawab, “Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannya pada orang lain!”.

Rasulullah menanggapi, “Apa tanda kesabarannya?!“.

Iblis pun menjawab, “Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya pada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang-orang yang sabar.”.

Rasulullah masih terus mengejar si Iblis dengan pertanyaan, “Selanjutnya siapa?“.

Iblis menjawab, “Orang kaya yang bersyukur!”.

Rasulullah kembali menanggapi, “Apa tanda kesyukurannya?!”.

Iblis menjawab, “Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”.

Rasulullah coba bertanya pendapat Iblis tentang para sahabatnya, “Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?“.

Iblis mengemukakan, “Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, lebih-lebih dalam (masa) Islam!“.

Rasulullah bertanya lagi, “Umar bin Khattab?”.

Iblis menjawab, “Demi Allah! Setiap berjumpa dengannya, aku pasti kabur!“.

Rasulullah kembali bertanya, “Usman bin Affan?”.

Iblis menjawab, “Aku malu kepada orang yang bahkan Malaikat pun malu kepadanya!”.

Rasulullah terus mengejar, “Bagaimana dengan Ali bin Abi Thalib?”.

Iblis berpendapat, “Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu!”. (Ali bin Abi Thalib senantiasa berdzikir kepada Allah S.W.T, red).

Amalan yang Dapat Menyakiti Iblis

Rasulullah mencoba menanyakan hal lain, “Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umat-Ku yang hendak shalat?“.

Iblis menjawab, “Aku merasa panas dingin dan gemetar!“.

Rasulullah bertanya heran, “Kenapa?!”.

Iblis menjawab, “Sebab setiap seorang hamba bersujud 1 kali kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”.

Rasulullah kembali bertanya, “Jika seorang umatku berpuasa?“.

Iblis menjawab, “Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka!”.

Rasulullah bertanya lagi, “Jika ia berhaji?”.

Iblis bergidik, “Arrghh, aku seperti orang gila!”.

Rasulullah bertanya lagi, “Jika ia membaca Al-Qur’an?“.

Iblis kembali bergidik, “Aku merasa meleleh laksana timah di atas api!”.

Rasulullah terus bertanya, “Jika ia bersedekah?”.

Iblis menjawab, “Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”.

Rasulullah menanggapi heran, “Lho, kenapa bisa begitu?!”.

Iblis menjawab, “Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya, yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab (tabir, red) antara dirinya dengan api neraka, dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.“.

Rasulullah berujar, “Begitu rupanya. Lalu apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”.

Iblis menjawab, “Suara kuda perang di jalan Allah!”.

Rasulullah bertanya, “Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”.

Iblis menjawab, “Taubat orang yang bertaubat!”.

Rasulullah masih terus bertanya, “Apa yang dapat membakar hatimu?”.

Iblis menjawab, “Istighfar di waktu siang dan malam!”.

Rasulullah bertanya, “Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”.

Iblis pun menjawab, “Sedekah yang diam-diam!”.

Rasulullah meneruskan, “Apa yang dapat menusuk matamu?”.

Iblis kembali menjawab, “Shalat Fajar!”.

Rasulullah masih bertanya, “Apa yang dapat memukul kepalamu?”.

Iblis menjawab, “Shalat berjamaah!”.

Rasulullah melanjutkan, “Apa yang mengganggumu?”.

Iblis menjawab, “Majelis para ulama!”.

Rasulullah coba mengganti pertanyaan, “Bagaimana cara makanmu?”.

Iblis tersenyum, “Dengan tangan kiri dan jariku!”.

Rasulullah melanjutkan, “Di manakah kau menaungi anak-anakmu pada musim panas?”.

Iblis kembali tersenyum, “Di bawah kuku manusia!”.

Manusia yang Menjadi Teman Iblis

Rasulullah bertanya, “Siapa sajakah yang kau anggap temanmu, wahai Iblis?”.

Iblis menjawab sambil tersenyum, “Pemakan riba!”.

Rasulullah melanjutkan, “Yang kau anggap sahabatmu?”.

Iblis terkekeh, “Pezina!“.

Rasulullah masih melanjutkan, “Siapa teman tidurmu?”.

Iblis menjawab, “Pemabuk!”.

Rasulullah meneruskan, “Tamumu?”.

Iblis menjawab, “Pencuri!”.

Rasulullah bertanya lagi, “Siapa utusanmu?”.

Iblis menjawab, “Tukang sihir!”.

Rasulullah melanjutkan, “Apa yang membuatmu gembira?“.

Iblis menjawab, “Bersumpah dengan cerai!”.

Rasulullah bertanya lagi, “Siapa yang menjadi kekasihmu?”.

Iblis pun tertawa, “Orang yang meninggalkan Shalat Jumat!”.

Rasulullah meneruskan, “Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”.

Iblis kembali tertawa, “Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja!”.

Iblis Tidak Berdaya Di Hadapan Orang yang Ikhlas

Mendengar semua itu, Rasulullah lalu bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umat-Ku dan menyengsarakanmu!”.

Iblis segera menimpali, “Tidak…! Tidak…! Tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana Kamu bisa berbahagia dengan umat-Mu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi Yang Menciptakanku dan Memberikanku Kesempatan Hingga Hari Akhir, aku akan menyesatkan mereka semua! Baik yang bodoh maupun yang pintar, baik yang bisa membaca maupun yang tidak bisa membaca, baik yang durjana maupun yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas!”.

Rasulullah terkejut lalu bertanya, “Siapa orang yang ikhlas menurutmu?!”.

Iblis menjawab, “Tidakkah Kamu tahu, wahai Muhammad? Bahwa barangsiapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika Kamu melihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, atau tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku pun akan meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan, hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, maka ia akan sangat patuh padaku!”.

Iblis Dibantu Oleh Milyaran Anaknya

Iblis berkata, “Tahukah Kamu, Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan!”.

“Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama, sebagian untuk mengganggu anak-anak muda, sebagian untuk menganggu orang-orang tua, sebagian untuk mengganggu wanita-wanita tua, dan sebagian anakku juga aku tugaskan kepada para zahid.”.

“Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia, sehingga ia tidur pada waktu shalat berjamaah. Tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.”.

“Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama, sehingga mereka tertidur dan akhirnya pahalanya terhapus.”.

“Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia. Jika seseorang melakukan kebajikan, lalu ia beberkan pada manusia lain, maka 99% pahalanya akan terhapus.”.

“Pada setiap wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”.

“Syaithan itu juga akan kusuruh berkata agar wanita tersebut mengeluarkan tangannya. Bila ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.”.

“Mereka, anak-anakku, selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya, untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.”.

“Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, tetapi tentu saja mereka tidak akan merasa!”, ujar Iblis terkekeh.

“Tahukah kamu, Muhammad? Pernah ada seorang alim yang telah beribadah kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya, hingga akhirnya ia berzina, membunuh, dan kufur.”, koar Iblis.

Cara Iblis Menggoda

Sambil menyeringai lebar, Iblis lalu melanjutkan perkataannya, “Tahukah Kamu, Muhammad, dusta berasal dari diriku?”.

“Akulah mahluk pertama yang berdusta!”, ujar Iblis bangga.

“Pendusta adalah sahabatku. Barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.”.

“Tahukah Kamu lagi, Muhammad?”.

“Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar-benar menasihatinya.”.

“Sumpah dusta adalah kegemaranku!”

“Ghibah (bergosip, red) dan namimah (adu domba, red) kesenanganku!”

“Kesaksian palsu kegembiraanku!”

“Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya, ia berada di pinggir dosa, walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barangsiapa membiasakan diri dengan kata cerai, istrinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat, jadi semua anak-anak zina, dan ia masuk neraka hinaya karena satu kalimat, CERAI!”.

“Wahai Muhammad, umat-Mu ada yang suka mengulur-ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya kalau waktu masih lama, kalau kamu masih sibuk, lalu ia menundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu. Maka, shalat itu dipukulkan ke mukanya!” (dalam siksa kubur, red)

“Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun, aku bisikkan ke telinganya agar melihat kiri dan kanannya, lalu ia pun menoleh. Pada saat itu, aku usap ia dengan tanganku dan kucium keningnya, serta aku katakan bahwa shalatnya tidak sah!”.

“Bukankah Kamu tahu, Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.”. (dalam siksa kubur, red)

“Jika ia shalat sendirian, aku suruh ia untuk bergegas. Ia pun shalat seperti ayam yang sedang mematuki beras.”. (terburu-buru, red)

“Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.”. (tidak sabaran, red)

“Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya, dan wajahnya akan diubah menjadi wajah keledai.”. (dalam siksa kubur, red)

“Jika ia berhasil mengalahkanku lagi, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.”.

“Dan ia pun semakin taat padaku!”, Iblis kembali tersenyum pongah.

“Kebahagiaan apa untuk-Mu? Sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. Aku katakan pada mereka bahwa mereka tidak wajib shalat. Shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. Orang sakit dan susah tidak. Jika kehidupan mereka telah berubah, maka barulah shalat!”.

“Ia pun akhirnya mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat, maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.”, ujar Iblis sambil terkekeh.

“Wahai Muhammad, jika saat ini aku berdusta, maka Allah akan menjadikanku debu!”.

“Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umat-Mu? Padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?“, kali ini Iblis terbahak-bahak.

10 Permintaan Iblis Kepada Allah S.W.T

Rasulullah menggelengkan kepala mendengar penuturan Iblis, lalu Ia pun bertanya, “Berapa yang kau minta dari Allah?”.

Iblis membuka jarinya, “Sepuluh macam!”.

Rasulullah melanjutkan, “Apa saja?”.

Iblis menjawab, “Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia. Allah mengizinkan. Allah berfirman, “Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak, dan janjikanlah mereka. Tidaklah janji setan kecuali tipuan.”. (Q.S. Al-Isra : 64, red)

“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba. Aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan atas nama Allah.”, lanjut Iblis.

“Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung pada Allah. Maka syaithan ikut bersamanya, dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.”.

“Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.”.

“Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.”.

“Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.”.

“Aku minta agar Allah menjadikan syair (lagu, red) sebagai Qur’anku.”.

“Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.”.

“Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang berfoya-foya akan hartanya, terlebih untuk maksiat, sebagai saudaraku.”.

“Bukankah Allah berfirman, “Orang-orang boros adalah saudara-saudara syaithan.”, lanjut Iblis. (Q.S. Al-Isra : 27, red)

“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.”. (agar Iblis lebih leluasa dalam menggoda, red)

“Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.”. (lewat apa yang dimakan oleh umat Muhammad, red)

“Dan Allah pun mempersilakan. Aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat. Sebagian besar manusia akan bersamaku di neraka pada hari kiamat.”, yakin Iblis.

Iblis kembali melanjutkan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah tak mengijinkanku untuk bisa menyesatkan orang sedikitpun. Aku hanya bisa membisiki dan menggodai mereka hingga mereka menyesatkan diri mereka sendiri.”.

“Jika aku bisa menyesatkan, maka tak akan tersisa seorang pun!!!”, kecam Iblis.

“Sebagaimana diri-Mu, Muhammad! Kamu pun tidak bisa memberi hidayah sedikitpun. Kamu hanya Rasul yang menyampaikan amanah Allah! Jika Kamu bisa memberi hidayah, maka tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Bukankah begitu, Muhammad?”, tantang Iblis.

“Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara!!!”, sergah Rasulullah.

“Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Sedangkan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”.

Rasulullah lalu membaca ayat, “Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah S.W.T.”. (Q.S. Hud : 118-119, red)

Rasulullah juga membaca, “Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku.”. (Q.S. Al-Ahzab : 38, red)

Iblis lalu menanggapi, “Wahai Rasul Allah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para Nabi dan Rasul, pemimpin penduduk surga. Dan yang telah menjadikan aku pemimpin makhluk-makhluk celaka, pemimpin penduduk neraka. Aku si celaka yang terusir!”.

“Ini akhir yang ingin aku sampaikan kepada-Mu. Ketahuilah, kali ini aku tak berbohong!“, gerutu Iblis sambil berlalu dari hadapan Rasulullah.

Tidak ada komentar: